Pages

Search Here

Cunong Nunuk Suradja: MEMBACA NOVEL “LANANG” YONATHAN SECARA IMAJINER

oleh: Cunong Nunuk Suradja
Magister Sastra Universitas Indonesia
di:
Milis Penyair


Cerita ini tentang manusia yang kehilangan kepercayaan diri ketika mencoba membuat karya kreatif. Karya yang selalu menguntit penulis sebelumnya yang sangat dikagumi, bahkan seperti tokoh cerita wayangyang mengukir kayu membentuk patung guru imajiner itu agar merasa dibimbing oleh guru yang direpresentasikan dalam bentuk patung itu. Layaknya sebuah permainan atau game yang selalu dimulai di kotatersibuk di dunia arwah tempat sang kala telah sampai pada isyarat game over. Kematian semu yang sering muncul pada film kartun yang menunjukkan sebuah sadisme. Situasi yang menunjukkan benda yangterlindas sampai gepeng dan bangun lagi perlahan-lahan. Atau sebuah penyiksaan dengan memukul dengan palu godam seakan menancapkan pakupada tembok. Kadang dengan pemasangan jerat atau jebakan sehinggasesuatu itu masuk perangkap. Tapi kematian bukan sebuah perangkap.Bahkan yang konyol dan tak masuk akal ada suatu sekuen keadaan berlari yang terlanjur melewati sebuah jurang dan masih bergerak dalam beberapa saat kemudian jatuh dengan swara debum yang meledak. Siapa yang tidak teriris batin terdalam manakala melihat puisi rontok per kata kemudian per huruf dan hilang dalam kabut .......Apakah masih disebut puisi? Saat kata dan huruf meninggalkan bait dan baris. Ada suara lirih menyapa, "Tetap, itu adalah puisi walau telah matibunuh diri, gantung diri, menenggak racun tikus, menusuk jantung dengan pisau dapur, menjerat urat utama dengan tali, menghirup udara beracun, menyuntikkan narkoba dengan kelewat takaran hinggaoverdosis, ditembak petugas eksekusi di lapangan tembak: dor! dor!sepuluh kali!
Cerita ini perjalanan kesia-siaan dan keputusasaan seorang manusiadalam menggapai tingkat kehidupan yang layak. Angannya terbang bagai kapas menuju sebuah ruang: ruang angkasa!
Perjalanan menembus waktu, menembus ruang. Dengan kendaraan hyperspeed hyperspace menuju hyper distance. Perjalanan cyber timedengan memakan waktu pada detik-detik yang meloncati jejarum jam. Waktu memburu saat di tepi pengamatan yang paling persis. Semua kelambu mimpi menyeruak lewat celah jendela outerspace.
Mimpi itu berlanjut menggayut mengakar seperti sulur yang tak terputus. Seperti dongeng Cinderella, Snow White, Swan Princes yang happily ever after penyelesaian yang positif edukatif menjadikan itudongeng moderen yang seperti membaca modern folklore. Bercerita tentang fakta yang dikhayalkan pada negeri entah berantah. Maka ketika puisi tidak dapat bicara karena terlalu banyak fakta maka novel memuisikan fakta menjadi dongeng. Danarto salah satu pendongeng dengan segala macam negeri asing, tingkah laku anomali dan sifat-sifat yang tanpa batas wilayah geografis. Demikian juga Seno Gumiro Ajidarma yang handal dalam mengolah fakta menjadi dongeng dengan alasan rezim yang represif. Lain lagi dengan Putu Wijaya yang memang mengaku meneror pembaca lewat karyanya. Putu Wijaya paling suka mengaduk logika nyata dan logika mimpi lain dengan Penyair Sunyi menuntunnya dalam sub-heading yang tegas seperti pada keping-kepingcakram bertuturnya juga seakan sebuah kamera yang long shot kemudian mengambil angle 45º lalu medium shot atau super close up dan akhiridengan dissolve to. Bayangan pembaca dibuat tidak linear tapi berzig-zag ataupun kadang menikung lengkungan tajam pada gundukan imaji yang semula adalah plot cerita anak-anak. Sisipan puisi menjadikan nafas puisi yang kuyup dan penyegar suasana, layaknya sebuah goro-goro dalam pertunjukan wayang tradisional maupun interlude pada repertoar besar sebuah orchestra.
Interconnection Network kamera kemudian menukik pada dataran kotayang terendam banjir. Banjir meluapnya kali bengawan yang merendam lebih dari 90%. Seorang bocah menyusuri jalan yang basah. Di kejauhan langit kelabu bertemu pipi bumi di ujung cakrawala. Pembukaan ceritayang dahsyat! Mantap!
Kemudian cerita bergilir dari derita ke derita. Mulai kedinginan takada baju kering. Makanan yang terlambat dikirim dari kota terdekat.Lampu jalanan yang mati sehingga menggelapkan segala pandangan. Perdagangan yang terhenti. Arus kendaraan antar kota yang terjebak macet tanpa tujuan dan tanpa jalan keluar karena 90% jalan terendam lebih dari pinggul anak umur lima tahun.
Tokoh Lanang yang menyusuri setiap korban yang memerlukan perawatan dan bantuan pangan serta pakaian kering menjadikan sebuah berita jadi puisi basi di layar TV.
Sebagai novel perdana yang masih kinyis-kinyis menyisihkan ratusan naskah novel dan sanggup menumbangkan semua yang terlibat dalam nominasi, novel ini memang sangat cerewet dengan bahasa daerah yang memerlukan sebuah senarai atau glossary seperti ketika orang di luarsuku Jawa membaca Pengakuan Pariyem Linus Suryadi AG.
Lanang memang bukan Pariyem pembatu yang mendapat berkah hamil dariden mas yang menjadikannya pembantu yang setia dan tempat lahan subur menyemai air mani darah biru. Lanang memang bukan Saman yang bercerita tentang perselingkuhan dan pelajaran sex abu-abu, yakni melanggar paugeran tapi tetap memenuhi hasrat bercinta secara sukarela bahkan siap untuk digagahi! Lanang bukan ceria pengelana dari Negeri Senja.
Lanang memang lanang tenan. Karena menjawab tantang kreativitas dari Dewan Kesenian Jakarta 2007!

No comments: