oleh: Dedy Tri Riyadi.
http://papaemarvel.multiply.com/journal/item/767/Semacam_Kritik_untuk_Novel_Lanang
http://papaemarvel.multiply.com/journal/item/767/Semacam_Kritik_untuk_Novel_Lanang
Mengelitik Nalar Lewat Imajinasi Liar.
Rekayasa genetik di dalam apapun bentuk percobaan dan penelitian dimulai dengan keinginan manusia untuk menghasilkan generasi tetumbuhan dan hewan yang punya sifat lebih baik daripada tetuanya. Penyisipan sifat-sifat yang "diharapkan" yang saat ini ada pada generasi yang berbeda ataupun lintas organisma adalah problema utama dari rekayasa genetika.
Di dalam dunia tetumbuhan, rekayasa genetika menjadi berkembang ketika ditemukan semacam sel yang bisa menginfiltrasi sel lain dan menularkan sifat-sifat bawaannya hingga kemudian pada fisik dan fisiologis tumbuhan yang ditempelnya akan berubah. Kita bisa melihat dengan gampang hal tersebut pada akar atau batang yang mengge-lembung karena disusupi bakteri yang jika di dunia medis bisa dikatakan sebagai tumor.
Pada dunia kehewanan dan manusia, keinginan untuk memberantas penyakit keturunan/ bawaan seperti asthma, butawarna, dan lainnya membuat para ilmuwan bergegas meneliti sel induk. Salah satu yang sering kita ketahui adalah sel kordial atau ari-ari. Lewat penelitian panjang dari sel induk ini lahirlah tehnologi kloning yang kontroversial itu.
Kloning tidak serta merta berarti menciptakan generasi baru tanpa hubungan seksual belaka, kloning berbicara masalah perbaikan kualitas hidup dengan cara yang ajaib. Dari novel grafis yang kemudian difilmkan "300" dikatakan orang Sparta mempunyai seleksi alam yang kejam bagi seorang laki-laki. Semenjak bayi, yang cacat dan lemah akan dibunuh dengan cara dibuang ke dalam jurang! Dan hebatnya, itu ternyata bukan cuma dongeng belaka. Di negara tetangga kita, Vietnam masih diberlakukan hal serupa. Bedanya hanya caranya, di sana setiap ibu hamil wajib ditangani oleh dokter. Dan dari sang dokter kenormalan bayi itu sangat diharapkan. Fetus bahkan embrio yang cacat wajib hukumnya untuk diaborsi!
Memang sulit untuk mengungkap transgenik atau hasil rekayasa genetik bila disangkut-pautkan dengan moralitas. Ketika kita mengutakatik tanaman, tak ada yang protes soal moralitasnya. Yang protes itu para petani itu pun karena bibit tanaman transgenik yang diperoleh harganya lebih mahal dan ternyata tidak cocok untuk ditanam di lahan pertanian mereka. Atau proses pembeliannya yang cenderung dipaksakan!
Tetapi ketika kita berada di ranah binatang terutama ordo mamalia, tiba-tiba timbul ketakutan. Bagaimana kalau hal itu bisa sampai juga kepada spesies manusia? Simaklah penemuan transgenik berikut ;
- penumbuhan organ telinga pada kulit tikus hidup
- penumbuhan organ jantung pada babi
apakah kira-kira itu bermanfaat atau membahayakan atau tidak usah saja dilakukan?
Padahal penelitian itu punya niat yang baik seperti diutarakan di atas demi generasi atau perbaikan kualitas hidup manusia.
Dalam buku Lanang, ada semacam kekuatiran dari penulis untuk menghadapi hal-hal yang sifatnya rekayasa genetika tersebut. Dan seperti sudah diduga selalu dihubungkan dengan moralitas bahkan kekuasaan Tuhan.
Padahal di dalam beberapa kitab suci dikatakan telah diciptakan untuk manusia tetumbuhan dan hewan. Dan tidak ada yang diciptakan hanya untuk kesia-siaan. Artinya rekayasa genetika yang bertujuan untuk kebaikan itu sesungguhnya (jika sesuai niatan) tidak akan menciptakan monster-monster yang mengancam kehidupan manusia. Kecuali bila misalnya diciptakan kloning badak-harimau sebagai alat pembasmi masal atau sekedar membubarkan demo di depan istana presiden.
Burung babi hutan di dalam novel Lanang adalah gambaran ketakutan itu. Jika bisa dikatakan monster badak-harimau di atas lebih masuk akal dibandingkan dengan burung babi hutan, karena keduanya adalah mamalia, meskipun berbeda kelompok ordo yang berbeda. Burung babi hutan menggabungkan kelompok kelas yang berbeda! Kelas Mamalia dan kelas Aves. Di sepanjang sejarah perkawinan antar-hewan, paling jauh adalah perkawinan di dalam kelompok Familia, yaitu pada hewan yang kita sebut sehari-hari sebagai anjing.
Saya pernah memprotes cerpen Carangan yang menampilkan sesosok binatang berbentuk anjing liar (di cerpen itu disebut serigala, tetapi karena di Indonesia tidak pernah ada jenis itu maka saya sebut anjing saja) yang berukuran kecil. Penulis mengatakan bahwa nama latin dari spesies itu adalah lupus erectus (lupus, dengan huruf depan kecil). Kenapa saya protes karena penamaan jenis anjing-anjingan adalah Canis. Serigala sekalipun. Dan penulisan penamaan latin untuk kata pertama selalu menggunakan huruf awal yang ditulis kapital. Itu ilmiah. Sebagai novel yang mengedepankan isu ilmiah, kemunculan burung babi hutan menurut saya sudah mengaburkan isu tersebut.
Rasanya lebih tepat jika mahluk burung babi hutan memang ditempatkan pada ranah monster, bukan hasil rekayasa genetika. Karena di dalam ilmu mitologi, terdapat banyak sekali monster seperti singa bersayap burung, manusia berkepala kerbau, anjing berkepala tiga, raksasa bermata satu, bahkan gambaran malaikat di masyarakat Persia kuno juga bersifat sebagai monster yaitu manusia bersayap burung.
zifah wrote June 9 2008 at 3:57 AM
... menarik juga. Tuhan mengatakan tidak ada ciptaanNya yang sia-sia. Mungkinkah burung babi hutan transgenik ini adalah ciptaan yang sia-sia.
papaemarvel wrote June 9 2008 at 4:11 AM
Stephen King sangat piawai menjalarkan ketakutan yang ingin dia ciptakan ke pikiran pembacanya. Mungkin Yonathan belajar dari sana. Toh mahluk-mahluk dalam novel Stephen King juga tidak bisa dinalarkan ..hehehe
zifah wrote June 10 2008 at 4:58 AM
imajinasi ya toh?
papaemarvel wrote June 10 2008 at 6:34 AM
ya imajinasi. tapi saya sebagai pembaca penginnya sesuatu itu harus perfect secara logika. tapi kalaupun tidak, saya akan menerima hal-hal yang sifatnya "beyond logic" tadi ...
misal di salah satu novel Stephen King, alien itu bisa masuk ke dalam tubuh siapa saja yang kita kenal. Dan sekonyong-konyong ketika kita sadar, kita tahu
No comments:
Post a Comment