Pages

Search Here

Luscy Sudirham: Apa yang terpikir di kepala Anda bila dengar laki-laki,pria,Man

http://lusindeskai.wordpress.com/2008/06/04/apa-yang-terpikir-di-kepala-anda-bila-dengar-laki-lakipriaman/

Apa yang terpikir di kepala Anda bila dengar laki-laki,pria,Man

Juni 4, 2008 oleh lusindeskai

Apa yang terpikir di kepala Anda bila dengar laki-laki , pria , Man, Etc

Laki-laki atau pria sering muncul diidentikkan menjadi pengayom, pelindung , kuat tegar, kebapakan, satria, dan masih banyak nilai nilai tinmggi yang di dapat tapi bagaimana dengan Anda ?

Bahkan ketika mau pergi ada nggak yang yang mendampingi ? Wah pingin punya anak cowok kan jadi penerus keluarga, pada suku tertentu harus punya anak laki-laki. Dan masih banyak image bahwa laki-laki

Perdebatan hebat di kalangan masyarakat bertumpu pada perbedaan persepsi dari segi sosial, intelektual, atau emosi antara lelaki dan perempuan. Perbedaan-
Perbedaan-perbedaan ini amat susah dihitung disebabkan alasan-alasan sains dan politik. Beberapa tuntutan stereotipe lelaki yang terkadang dikemukakan untuk perbandingan dengan perempuan adalah seperti berikut:
· Lebih bersikap agresif dibandingkan perempuan. Bagaimanapun, dalam hubungan antarpribadi, sebagian besar penyelidikan mendapati bahwa keagresifan antara lelaki dan perempuan sama saja. Bagaimanapun, lelaki cenderung lebih agresif di luar rumah dan sebaliknya.
· Lebih bersikap kompetitif, tetapi juga lebih keras kepala dibandingkan perempuan.
· Mempunyai keyakinan diri lebih besar (malah terkadang sombong juga) dan mempertunjukkan kemahiran kepemimpinan yang lebih baik dibandingkan perempuan.
· Lebih dapat mengedepankan akal dan emosi.
· Mempunyai kemahiran teknis lebih besar dan pengurusan dibandingkan perempuan.
· Lebih cenderung pada pemikiran abstrak dibandingkan perempuan.
· Lebih kasar dibandingkan perempuan.
· Lebih gemar bercakap dan lebih cenderung mencela saat orang sedang bercakap dibandingkan perempuan.
· Lebih cenderung membuat perbedaan antara homoseksual dan lesbian.
· Lebih cendurung menyindir dan menggunakan metafora dalam pembicaraan.

· Sebagian dari perbedaan-perbedaan ini telah didukung oleh penyelidikan ilmiah, tetapi ada juga yang tidak. Semua ini harus diterima dengan hati-hati kerana terdapat kelainan yang amat besar di kalangan lelaki dan perempuan.

· Beberapa stereotipe di atas tidak dilihat dari segi yang sama dengan masa kini (yaitu, penggunaannya dalam aspek dan lingkungan penghidupan yang tertentu, seperti kerja luar rumah) hingga abad ke-19, bermula dengan industri.

· Dari segi rupa dan perawakan, tidak banyak lelaki menggunakan kosmetik atau pakaian yang secara umum terkait kepada perempuan. (Berbuat demikian dikenal sebagai bencong alias waria dan, secara umum dipandang hina.)

BERATNYA MENJADI LAKI-LAKI INDONESIA

Satu hal yang membuat menjadi laki-laki di Indonesia adalah sebuah profesi yang sungguh berat adalah seseorang harus menjadi seorang gentleman setiap saat. Saya tidak tahu apa padanan kata yang tepat untuk kata gentleman. Sebenarnya ada padanan kata yang tepat, tapi ini panjang. Saya akan coba uraikan di bawah.

Menjadi seorang gentleman di Indonesia artinya seseorang harus menjadi seorang laki-laki yang selalu berkorban demi perempuan. Bagaimana bentuk pengorbanannya, itu bisa diatur. Padanan kata yang lain, menjadi seorang gentleman di Indonesia artinya seseorang harus menjadi seorang laki-laki yang selalu peka terhadap perasaan dan keinginan perempuan. Seseorang lalai melakukan ini, tanggung sendiri akibatnya.

Itu adalah padanan minimal yang bisa saya kemukakan. Masih banyak padanan lain, yang kalau saya tuliskan semua akan menjadi beribu-ribu kalimat. Membuang-buang waktu saya untuk menulis dan membuang-buang waktu anda untuk membaca. Nah, jika seseorang gagal melakukan minimal kedua hal di atas saja, maka karir dia sebagai seorang laki-laki yang baik akan hancur lembur kandas sampai ke dasar jurang. Nilai dia sebagai seorang laki-laki akan terpuruk, melebihi keterpurukan harga dasar gabah di tingkat petani. Dengan kata lain, dia tidak berharga sama sekali.

Salah satu bentuk pengorbanan adalah saya harus siap mengantar pulang seorang perempuan ke mana pun rumah dia berada. Kalau saya tidak melakukan ini, maka saya dicap sebagai cowok jahat. Bahkan kalau pun saya sudah mengantar seorang perempuan sampai di depan rumah dia, masih ada kemungkinan saya akan dituduh sebagai tidak ikhlas dalam mengantar perempuan itu. Entah apa alasannya saya dicap tidak ikhlas.

Ada seorang teman yang sangat menghayati peran sebagai seorang pengantar perempuan hingga ke depan rumah, sampai suatu hari dia mengalami kejadian yang tidak mengenakkan hati. Suatu hari teman saya itu berkencan dengan seorang perempuan. Setelah kencan berakhir, otomatis sang teman hendak mengantar si perempuan pulang hingga ke depan rumah dia. Si perempuan menolak dan ingin pulang dengan taksi saja. Maksud si perempuan itu baik karena tidak ingin merepotkan sang teman.

9-10

kenal dekat dengan dokter hewan yang seniman dan juara nulis novel di DKI

ada hadiah buku lho yang bagus

Drh YONATHAN RAHARDJO

Penulis novel Lanang

Yonathan Rahardjo (Bojonegoro, Jawa Timur 17 Januari 1969) adalah sastrawan Indonesia yang lebih dikenal sebagai penyair yang telah memberi warna baru bagi perkembangan dunia sastra Indonesia.

Yonathan menulis di berbagai media seperti Kartika, Tantular, Sema Pos, Memorandum, Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, Karya Darma, Swadesi, Jaya Baya, Warta Advent, Warta Konferens, Warta Bethany, Efod, Akrab Dengan Tuhan, Infovet, Putra Agung, Lahai Roi, Seloliman, Bumi, Berita Bumi, Kabar Bumi, Ozon, Satwa Kesayangan, Meja Budaya, Horison, Media Indonesia, Aksara, JakVet, Bina Desa, Jurnal Nasional, Signal, Warta Kota, Suara Pembaruan, Seputar Indonesia, dan Suara Karya.

Novelnya, Lanang (2007) memenangkan Lomba Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2006

Karya lainnya :

Tunggal

Avian Influenza, Pencegahan dan Pengendaliannya (2004)

Jawaban Kekacauan (2004)

Antologi bersama

Setengah Abad Sejarah Ayam Ras Indonesia (2001)

Penyakit Unggas dan Pengendaliannya (2002)

Padang Bunga Telanjang (2003)

Bisikan Kata Teriakan Kota (2003)

40 Hari Wafatnya Mochtar Lubis (2004)

Debat Capres tentang Pendidikan Nasional (2004)

Maha Duka Aceh (2005)

Buku Tragedi Kemanusiaan 1965-2005 (2005)

Nubuat Labirin Luka (2005)

Ode Kampung (2006)

Gayanya nyleneh, ndeso, bohemian, mengagungkan tapabrata, gemar prihatin, suka mengalah (demi kemenangan akhir) dan mencintai keadilan.

“Yonathan Rahardjo, seorang dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya, memilih berkecimpung di dunia tulis-menulis ketimbang berpraktek sebagai dokter hewan….

Dari semua tulisan yang dibuatnya, Yonathan menyadari dirinya cenderung menyukai tulisan-tulisan yang mengungkap rasa, yaitu tulisan sastra, bukan berita ilmiah ataupun laporan, tapi bahasa indah yang di dalamnya ada prosa dan puisi, yang punya benang merah dengan apa yang ia lakukan waktu kecil.”

SINOPSIS:

Doktor Dewi seorang antek korporasi asing. Berkepentingan memasok produk rekayasa genetika dari luar negeri, dia ciptakanlah hewan transgenik penyebar virus penyakit, Burung Babi Hutan. Sejak kemunculan makhluk aneh ini, area peternakan sapi perah tempat Lanang bekerja tiba-tiba terserang penyakit gaib. Ribuan sapi mati. Warga pun gempar.
Bersama pemerintah dan masyarakat, Lanang, dokter hewan yang cerdas, obsesif, dan melankolis, sibuk mencari tahu sebab kematian sapi perah. Seminar dan penelitian dilakukan, tapi penyakit misterius tak kunjung ketemu. Usaha ilmiah pun menemui jalan buntu. Lalu, mengemukalah isu dari seorang dukun hewan bahwa biang keladi kematian sapi adalah Burung Babi Hutan, makhluk jadi-jadian. Polemik mistikisme tradisional versus bioteknologi modern pun menambah ruwet persoalan. Akankah proyek Doktor Dewi berjalan mulus?
Ditulis dalam gaya thriller, plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokohnya pun rumit dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan kritis bagi yang tertarik pada isu-isu sosial, psikologi, bioteknologi, dan politik kesehatan.
KUTIPAN PUJIAN:
”Membaca novel ini, saya segera merasakan kemiripannya dengan kesusastraan Eropa abad ke-20, misalnya novel Prancis Plague (Penyakit Pes) karya Albert Camus atau karya-karya Géza Csáth dalam kesusastraan Hungaria: kita harus menghadapi kehadiran simbolik, mistik, rasional, dan irasional secara bersamaan. Sebagai ”pemula” dalam kesusastraan Indonesia, saya membandingkannya dengan Harimau–Harimau karya Mochtar Lubis. Musikalitas dan plastisitas deskripsi dalam novel ini luar biasa, seperti skenario film!”
—Mihaly Illes, Duta Besar Hungaria untuk Indonesia
“Yonathan seperti Taufiq Ismail yang juga dokter hewan, sama dengan Asrul Sani idem ditto dokter hewan. Ditarik lebih jauh ke masa lampau, Marah Rusli, pengarang roman Siti Nurbaya, pun dokter hewan. Saya pikir, tentu ada sesuatu yang “spesial” dengan dokter hewan. Bisa bersajak, bisa mengarang.
… Saya pikir, Yonathan ini wong edan, gendheng, gilo-gilo baso, sifat yang melahirkan kreativitas, orisinalitas. Kukirim sajakku padamu Yonathan. Bunyinya: Katakan beta/manatah batas/antara gila/dengan waras.”
—Rosihan Anwar, Tabloid Cek & Ricek
“Kekuatan utama novel ini terletak pada wawasan baru yang mewarnainya. Rumit tapi…. Sangat menarik.”
—Ahmad Tohari, novelis

No comments: