Pages

Search Here

Bumi Kelana: LANANG MENYETUBUHI DEWI

LANANG MENYETUBUHI DEWI
: KDI (Komunitas Dangdut Dewi Indonesia)

oleh Mawar Rambat, Bumi Kelana, atau Na

http://bumikelana.multiply.com/journal/item/162/LANANG_MENYETUBUHI_DEWI

.:.
Malam sudah matang. Purnama begitu indah berselendang kabut warna gading. Kalau bukan karena engkau, Dewi, aku takkan masuk ruangan ini. Apa asyiknya memandang Lanang? Makhlukmu yang begitu dahsyat menunjukkan kegagalanmu dalam aplikasi ilmu anatomi? Begitu berhasil merusak komposisi genetika dengan hebat?
Tapi, justru itu yang engkau ingin pamerkan. Kembali-kembalinya, semua yang engkau katakan sebagai penciptaan itu hanyalah benar-benar cipta saja. Mampir saja. Horizontal saja. Ke samping saja. Tiada kan pernah jadi garis vertikal, atas-bawah, bahkan yang nyusruk nyeruduk sekalipun? Segubrak-gubraknya..
Paling tidak, aku menemukan Bumi masih terjadi di ruangan ini..
Engkau di sana, maka aku pun di sini. Ada Lanang di tengah-tengah. Di mana Rafiqoh dan Sukirno? Ah, itu mereka. Mengintip ramai, mengutip diam..
Inilah ujung dari perjalanan yang jamak itu. Bebas dari simpulan belit dan belit. Burung Babi Hutan mestilah tak sudi repot-repot begini. Dia cukup menggaris satulesat saja. Sesuka-suka dia..
Dan di sana engkau masih bicara soal anatomi. Dewi, oh, Dewi..
Sungguhlah sial betul engkau..
“Babi hutan pemilik hati paling keras, burung -entah burung apa- pemilik kekuatan, kecerdasan, dan kehangatan paling luas”
Hitam-putih, baik-jahat, panas-dingin. Positif-negatif, kutub-kutub biner. Sungguh aku bersyukur bahasaku yang awam ini, mengizinkan aku naif sesekali. Tak seperti engkau, Dewi, seonggok rumit haus atensi, berujung usir dan pamit..
“Kedua-duanya aku cangkokkan ke tubuh manusia. Menjadi manusia memang mahal harganya, semiskin nilainya
Oh, Dewi, ke-Lanang-an yang masuk ke tubuhmu menjelma jadi sistemnya sendiri. Sistem Lanang dalam tubuh seorang Dewi. Sistem yang liar dan bengal. Genetikanya menyetubuhimu terus menerus setengah mati..
Dan di sana engkau masih bicara soal komposisi manusia. Dewi, oh, Dewi..
Sungguhlah malang betul engkau..
“Alam bawah sadar Lanang, yang aku namai sebagai Burung Babi Hutan -sesuai dengan namafisiknya yang juga hasil uthak-athuk genetika- menemui Putri dan berkehendak menyetubuhinya. Hanya saja, perannya yang saat itu digantikan oleh: Rajikun!”
Iya, jelaslah engkau menggantikannya dengan Rajikun. Seperti anatomi dan komposisi dalam ilmu genetika itu. Engkau menimbang-nimbangnya pula bagai penjual menimbang dagangan. Menimbang dengan timbangan yang engkau curangi per ons-nya. Dan anehnya, engkau sendiri jugalah sang pembeli. Membeli barang yang engkau curangi sendiri..
Lanang sampai pada klimaks ke(tak)cerdasanmu, Dewi. Lanang telah menciptakan engkau. Sistemik Lanang dalam tubuh seorang Dewi. Sistem yang liar dan bengal. Genetikanya menyetubuhimu terus menerus setengah mati..
Sesial-sialnya Rajikun, hanya dia yang mampu menyerap, sekaligus mencurahkan, denyut, daya. Dan -lagi-lagi- jelaslah engkau menggantikannya dengan Rajikun. Dialah yang mampu sampai pada klimaks ke(tak)dayaanku..
Engkau pun mengira -seperti engkau membeli dagangan yang engkau curangi sendiri- Rajikun akan membangunkanmu sebuah jembatan cangkokan antara fisik dan non-fisik itu? Nanti akan ku beritahu, apa yang sudah berhasil dia bangun, aku bangun, kami bangun..
“Makhluk yang alam bawah sadar Lanang yang menjelma fisik itu hanya hidup sampai pada masa ditembak oleh Lanang sendiri, dengan umpan medium biji-biji kebajikan non-fisik, dalam laboratorium-pikir kita yang terjaga kondisinya. Lewat Lanang, Burung Babi Hutan dikorbankan untuk mengalihkan perhatian dari keisengan kita yang doyan dominasi-manipulasi. Selain juga tak bermanfaat karena telah terjadi persilangan sifat-sifat resesif dari kedua induknya.”
Tak bermanfaat, ataukah tak bermanfaat lagi? Ataukah berbahaya bagi engkau sendiri, Dewi? Demikian pengecutkah rupanya seanatomi komposisi tubuh ini?
Manalah mungkin engkau lupa ilmu anatomi dan komposisi yang engkau gunakan itu? Sifat resesif memiliki daya sekuat nuklir, seterik matahari, justru karena ketersembunyiannya. Karena resesifnya. Perlu sesuatu yang luar biasa untuk menyerap sekaligus mencurahkannya. Perlu kepekaan untuk menemukan setiap detilnya. Dan engkau benci keringat, engkau benci letih. Bukan karena tak mau, melainkan karena engkau tak mampu..
Yang kau lupakan hanya IMAJINASI..
.:.
Malam semakin larut. Purnama pun mungkin mulai mengantuk. Kalau bukan karenamu, Dewi, aku pasti sedang pulas-pulasnya tidur. Dari keras dan luasnya Burung Babi Hutan -alam bawah sadar Lanang- yang engkau anatomikomposisikan, Rajikun membangun altar. Sebangunpahat Burung Babi Hutan dalam lembah ngarai tempurung kepalamu, dengan seluruh otakmu menjadi dupa..
Karena tubuh-tubuh telah dicuri. Tubuhmu, Dewi, bagiku. Tubuh Lanang bagi Rajikun. Tinggallah kami seonggok daya, tanpa anatomi dan komposisi. Tiada kan pernah jadi garis vertikal, atas-bawah, bahkan yang nyusruk nyeruduk sekalipun. Segubrak-gubraknya...
Paling tidak, aku menyerah pada Grafitasi di ruangan ini..
Engkau terbakar gen resesif di sana, aku minum kopi di sini. Ada Rajikun di punggung Lanang. Di mana Rafiqoh dan Sukirno? Ah, mereka sudah seawal tadi pulang..
“Hadirin yang terpukau, kita saksikan: Lanang! Bukti terbesar upaya penguasa kehidupan untuk membuat kehidupan manusia yang lebih sempurna, dengan otak dan hati tak tertandingi! Otak dan hati Burung Babi Hutan!!”
Di sana, sisa-sisa mulutmu yang plastik meleleh itu masih bergerak..
Engkau memanggil ciptaanmu, penciptamu. Dewi, oh, Dewi..
“Ke-lelaki-an selalu bersedia bagi kita, kan, Putri?”
Sungguhlah Lanang -liar dan bengal- menyetubuhimu, terus menerus..
Setengah mati..
Jakarta, November 2008
Demi Hudan Hidayat

No comments: