http://groups.yahoo.com/group/Apresiasi-Sastra/message/49199
sebuah koma di tepi titik
Baru saja tadi malam aku dan Eri atau si Gundul (http://damaihati.lingkungan.org) di sebuah tempat minum kopi di Balikpapan berbicara tentang narator, pencipta dan ciptaan. Pagi ini aku jumpai bang Hudan "si Dompet Panjang" menuliskan tausiyah pagi yang sedap.
Sejak lama aku berkesimpulan seperti ini bang, "mana ada pencipta selain Pencipta." Ini terlepas dari statement keimanan dalam Islam. Saya tidak berbicara tentang itu. Saya cuma melihat dari arti dan makna kata itu sendiri. Pembuktian mudah sekali saya lakukan untuk pemikiran saya itu. Sebuah ciptaan (creature) adalah hasil perbuatan penciptaan (creation). Dalam prosesnya, si pencipta mempunyai rancang asal (design) terhadap apa (bentuk) dan siapa (guna) ciptaannya. Design akan menjadi sebuah garis magis yang mengungkung proses ciptaannya itu. Hasilnya, ciptaan akan terbentuk menjadi "sesuatu dalam bentuk sesuatu dan berguna hanya-untuk-sesuatu". Demikianlah. Dengan demikian p(P)encipta akan memiliki hak control penuh terhadap ciptaannya.
Pembuktian kedua, dari sisi bahasa pula. Mencipta bukanlah Mengembangkan (ubah suai). Mencipta adalah sebuah proses yang baru. Menggunakan benda-benda baru. Bentuk baru. Guna baru. Bentuk baru dan guna baru, bisa saja muncul dari hasil kreasi. Tapi belum tentu "sesuatu" tersebut berasal dari yang baru. Tempe bukanlah diciptakan. Tempe adalah pengembangan terhadap proses fermentasi kacang kedelai. Proses fermentasi terhadap kedelai itu sendiri bukan pula hasil penciptaan. Proses fermentasi adalah hasil pengembangan proses fermentasi alam yang dimanusiakan (dibikin oleh manusia). Kacang kedelai itulah hasil ciptaan.
Nah, menjadi menarik sekali tulisan bang Hudan "si Dompet Panjang" ini, seperti tulisan-tulisan dia yang lain pasti bicara apapun akan kembali lagi ke sajadahnya sendiri. Dalam novel ? atau karya sastra ? Tidak ada yang baru di sini. Penulis memang berbuat sesuatu. Tapi dia bukan mencipta. Seperti demikian lumrahnya manusia, selalu befikir seakan-akan dia hebat. Yang dilakukan oleh seniman atau sastrawan hanyalah mengembangkan apa yang dia lihat dan dia simpan dalam bilik-bilik tersembunyi dirinya. Jika bukan mencipta kenapa ada ciri-ciri khusus karya si A begini, karya si B begini ? Lalu muncul pertanyaan ini. Ah, kenapa harus sulit. Lihat saja,apa saja yang dapat dikembangkan dari kacang kedelai. Kecap, tempe, tahu, susu dan selebihnya akan muncul lagi. Masing-masing hasil pengembangan kacang kedelai itu memiliki ciri kan.
Ketika seorang seniman ataupun sastrawan berkarya, sudah dapat dipastikan pada celah terkecil sekalipun kelak karyanya akan memberontak. Bergerak, menggeliat bahkan akhirnya menyeruak keluar dari design awal si seniman /sastrawan. Mungkin saja karyanya itu akan memberontak melalui mulutfikiran Hudan, atau mulutfikiran pakcik Ahmad. Semuanya di luar kerangkadasar proses pembuatan yang dilakukan sastrawan/seniman B. Dia akan terduduk dengan sebatang rokok terselip di jari. Kaca mata dia lepaskan. Lalu dia sapu wajahnya. Senyum-senyum kecil pahit terpahat di bibirnya (hehehehe...jadi mirip bang Hudan). "Kok bisa begini ya.. Padahal dulu aku tidak bermaksud..."
Jadi bang, ini tulisan orang lapar yang belum sarapan, cuma segelas Nescafe Classic plus sebatang Sampurna A Mild Merah. Demikianlah proses kun itu tidak kita miliki bang. Itu bukan fi'il kita. Nah, coba abang baca novelpuisi mantap Lanang itu. Di sana sebenarnya cerita penciptaan, ciptaan dan pencipta itu disampaikan penulisnya. Pasti Yonathan tak berfikir novel nya itu kubaca dengan endapan seperti ini. Itulah. Lanang sudah memberontak dari penulisnya. Lanang menembus ruangan teks kepalaku. Mana Yonathan berfikir seperti itu awalnya. Menciptakan kah itu namanya bang Hudan "si Dompet Panjang" ?
Lin Ching Sia...dimana kah kau ?
Datanglah kau dik.. Kita tengok Selat Makasar itu sayang.
Konon Jebat ditanam di pasirnya...
Aih, Jebat...\
salam Akar Sirih
pakcik Ahmad
Balikpapan, 4/11/08
* Zi Yi kurang mantap.. kusuka tatapan Lin Ching Sia hehehehe
sebuah koma di tepi titik
Baru saja tadi malam aku dan Eri atau si Gundul (http://damaihati.lingkungan.org) di sebuah tempat minum kopi di Balikpapan berbicara tentang narator, pencipta dan ciptaan. Pagi ini aku jumpai bang Hudan "si Dompet Panjang" menuliskan tausiyah pagi yang sedap.
Sejak lama aku berkesimpulan seperti ini bang, "mana ada pencipta selain Pencipta." Ini terlepas dari statement keimanan dalam Islam. Saya tidak berbicara tentang itu. Saya cuma melihat dari arti dan makna kata itu sendiri. Pembuktian mudah sekali saya lakukan untuk pemikiran saya itu. Sebuah ciptaan (creature) adalah hasil perbuatan penciptaan (creation). Dalam prosesnya, si pencipta mempunyai rancang asal (design) terhadap apa (bentuk) dan siapa (guna) ciptaannya. Design akan menjadi sebuah garis magis yang mengungkung proses ciptaannya itu. Hasilnya, ciptaan akan terbentuk menjadi "sesuatu dalam bentuk sesuatu dan berguna hanya-untuk-sesuatu". Demikianlah. Dengan demikian p(P)encipta akan memiliki hak control penuh terhadap ciptaannya.
Pembuktian kedua, dari sisi bahasa pula. Mencipta bukanlah Mengembangkan (ubah suai). Mencipta adalah sebuah proses yang baru. Menggunakan benda-benda baru. Bentuk baru. Guna baru. Bentuk baru dan guna baru, bisa saja muncul dari hasil kreasi. Tapi belum tentu "sesuatu" tersebut berasal dari yang baru. Tempe bukanlah diciptakan. Tempe adalah pengembangan terhadap proses fermentasi kacang kedelai. Proses fermentasi terhadap kedelai itu sendiri bukan pula hasil penciptaan. Proses fermentasi adalah hasil pengembangan proses fermentasi alam yang dimanusiakan (dibikin oleh manusia). Kacang kedelai itulah hasil ciptaan.
Nah, menjadi menarik sekali tulisan bang Hudan "si Dompet Panjang" ini, seperti tulisan-tulisan dia yang lain pasti bicara apapun akan kembali lagi ke sajadahnya sendiri. Dalam novel ? atau karya sastra ? Tidak ada yang baru di sini. Penulis memang berbuat sesuatu. Tapi dia bukan mencipta. Seperti demikian lumrahnya manusia, selalu befikir seakan-akan dia hebat. Yang dilakukan oleh seniman atau sastrawan hanyalah mengembangkan apa yang dia lihat dan dia simpan dalam bilik-bilik tersembunyi dirinya. Jika bukan mencipta kenapa ada ciri-ciri khusus karya si A begini, karya si B begini ? Lalu muncul pertanyaan ini. Ah, kenapa harus sulit. Lihat saja,apa saja yang dapat dikembangkan dari kacang kedelai. Kecap, tempe, tahu, susu dan selebihnya akan muncul lagi. Masing-masing hasil pengembangan kacang kedelai itu memiliki ciri kan.
Ketika seorang seniman ataupun sastrawan berkarya, sudah dapat dipastikan pada celah terkecil sekalipun kelak karyanya akan memberontak. Bergerak, menggeliat bahkan akhirnya menyeruak keluar dari design awal si seniman /sastrawan. Mungkin saja karyanya itu akan memberontak melalui mulutfikiran Hudan, atau mulutfikiran pakcik Ahmad. Semuanya di luar kerangkadasar proses pembuatan yang dilakukan sastrawan/seniman B. Dia akan terduduk dengan sebatang rokok terselip di jari. Kaca mata dia lepaskan. Lalu dia sapu wajahnya. Senyum-senyum kecil pahit terpahat di bibirnya (hehehehe...jadi mirip bang Hudan). "Kok bisa begini ya.. Padahal dulu aku tidak bermaksud..."
Jadi bang, ini tulisan orang lapar yang belum sarapan, cuma segelas Nescafe Classic plus sebatang Sampurna A Mild Merah. Demikianlah proses kun itu tidak kita miliki bang. Itu bukan fi'il kita. Nah, coba abang baca novelpuisi mantap Lanang itu. Di sana sebenarnya cerita penciptaan, ciptaan dan pencipta itu disampaikan penulisnya. Pasti Yonathan tak berfikir novel nya itu kubaca dengan endapan seperti ini. Itulah. Lanang sudah memberontak dari penulisnya. Lanang menembus ruangan teks kepalaku. Mana Yonathan berfikir seperti itu awalnya. Menciptakan kah itu namanya bang Hudan "si Dompet Panjang" ?
Lin Ching Sia...dimana kah kau ?
Datanglah kau dik.. Kita tengok Selat Makasar itu sayang.
Konon Jebat ditanam di pasirnya...
Aih, Jebat...\
salam Akar Sirih
pakcik Ahmad
Balikpapan, 4/11/08
* Zi Yi kurang mantap.. kusuka tatapan Lin Ching Sia hehehehe
No comments:
Post a Comment