Jurnal Nasional, Minggu 22 Juni 2008
Tentang Rekayasa Genetika
Mengetengahkan masalah rekayasa genetika, Lanang memberikan alternatif lain dalam khazanah sastra Indonesia
Oleh:
Dwi Fitria
SETIDAKNYA ada tiga orang dokter hewan yang kemudian juga dikenal sebagai sastrawan dalam khazanah sastra Indonesia. Taufiq Ismail, Asrul Sanl, juga Marah Kusli. Yonathan Rahardjo menambah panjang daftar ini. la adalah seorang dokter hewan yang juga mengukuhkan dirinya di belantika sastra Indonesia.
Yang membedakannya dengan tiga sastrawan sebelumnya adalah, Yonathan mengangkat ilmu yang ditekuninya jalin menjalin dengan karya sastra yang dibuatnya. Lanang, adalah perwujudan paling anyar perkawinan kedua hal ini.
Lanang berkisah tentang seorang dokter hewan yang sedang mengabdi di sebuah daerah di pelosok. Ia baru saja menikali dan mcmboyong serta istrinya yang masih belia ke tempat ia menunaikan tugas. Saat suatu malam seekor mahluk aneh memorak porandakan kamar tidur mereka, Lanang tercerabut dari kcasyikannya menjalani rutinitas pengabdian sebagai seorang dokter hewan muda,
Mahluk itu menyerupai babi hutan tetapi yang aneh, di punggungnya ada sepasang sayap. Setelah "serangan" ke rumahnya, keesokan harinya Lanang mendapati ternak di desa tempat ia mengabdi mulai terjangkit penyakit aneh yang tak terjelaskan oleh teori kedokteran hewan yang ia pelajari selama ini.
Belakangan terkuak juga bahwa binatang aneh yang menyerang rumah Lanang, burung babi rusa, adalah juga penyebab penyakit aneh yang melanda hewan yang diternakkan penduduk desa. Burung babi rusa ternyata dikembangkan oleh Doktor Dewi, seorang kaki tangan perusahaan asing yang ditugasi untuk menyebarkan wabah virus penyakit dengan menggunakan hewan aneh hasil rekayasa genetik yang dibuat-nya.
Lanang yang idealis harus menyelidiki dan menuntaskan wabah bencana yang ditebar pihak asing ini.
Sepintas melihat jalan cerita yang memasukkan unsur canggih bioteknologi, membuat novel Lanang punya banyak kemiripan dengan sebuah cerita fiksi ilmiah. Di dunia sastra Indonesia, genre yang satu ini agak jarang disentuh. Tetapi di dunia sastra internasional, genre ini adalah genre yang sudah ada sejak pertengahan Abad 19.
Adalah penulis Francis Jules Verne dan penulis Inggris H.G Wells yang dianggap sebagai orang-orang yang memelopori penciptaan genre yang amat me-nawarkan keluarbiasaan cerita yang biasanya bahkan tak ter-pikirkan sebelumnya.
Dalam Around the World in Eighty Days, Verne mengajak imajinasi pembacanya berkelana membayangkan kemungkinan mengelilingi dunia dalam waktu yang amat cepat untuk ukuran masa itu (novel ini terbit pada 1873). Belakangan "ramalan" Verne ini seolah benar-benar terbukti. Kemajuan teknologi telah membuat apa yang dibayangkannya lebih dari seabad yang lalu itu menjadi hal yang benar-benar mungkin dilakukan. Sementara Wells mengajak pembacanya membayangkan serangan makhluk luar angkasa terhadap planet bumi dalam The War of The Worlds. Buku yang terbit pada 1898 ini masih bisa memesona para pembaca masa kini, sebab mengajak pembacanya membayangkan kemungkinan adanya kehidupan lain selain manusia di semesta yang luas ini.
Yang membuat Lanang berbeda adalah, meski alurnya mirip cerita fiksi ilmiah, novel ini tetap mempertahankan gaya bahasa yang indah. Di beberapa bagian malah menjadi cenderung puitis.
"Aku telah mengejarmu sekian lama. Dalam pengejaranku, kucari kau tanpa lelah. Jerih payah dan pergulatanku hanya sekadar pompa gas yang mendorongku untuk selalu menyatukan fokus pada satu sasaran yang kutuju. Yaitu, aku mesti bisa mengungkapkan kau secara gamblang. Aku sudah berdarah-darah demi mendapatkanmu." Hal 115
Selain itu penokohan dalam novel ini juga cukup kompleks. Tokoh Lanang bukanlah karakter pahlawan hitam putih yang tak memiliki cela (seperti banyak tokoh pahlawan dalam fiksi ilmiah). Meski digambarkan memiliki kualitas seorang "hero," Lanang yang digambarkan cerdas, obsesif ini tetap digambarkan memiliki kekurangan-kekurangannya sendiri.
Lanang dalam cerita ini secara bersamaan harus mampu menyelesaikan masalah yang seolah menimpa nyaris semua bagian kehidupannya. Dan di hadapan masalah-masalah kompleks itu, ternyata Lanang tidak sejumawa namanya.
Meski cerita bertitik berat pada bioteknologi, masalah-masalah lain yang lebih erat dengan isu sosial seperti psikologi, dan politik kesehatan juga turut dibahas dalam. novel ini.
Menurut Apsanti Djoko Susanto dalam pengantar buku ini, Lanang juga mengajukan banyak kritik sosial. Di antaranya kondisi dunia pendidikan kedokteran hewan yang hanya mengajarkan ilmu dari Barat dan seolah mengabaikan kearifan lokal.
Dalam beberapa bagian novel dilontarkan pula kritik pada mentalitas pejabat pemerintahan yang picik dan lamban dalam menghadapi kebuntuan. Alih-alih berpikir keras menyelesaikan masalah yang dihadapi, para pejabat ini tanpa segan dan malu langsung saja berpaling pada klenik yang begitu mereka percayai.
Lanang adalah novel kompleks dengan bobot tersendiri. Cukup berat dan cukup kompleks untuk mengantarkan novel ini menjadi pemenang Sayembara Novel DKJ pada 2006 lalu.
Data Buku
Judul : LANANG
Penulis : Yonathan Rahardjo
Kategori : Fiksi/Sastra
Tebal : xii + 418 halaman
Terbit : Mei 2008
Penerbit : Pustaka Alvabet
Harga : Rp 55.000
Tentang Rekayasa Genetika
Mengetengahkan masalah rekayasa genetika, Lanang memberikan alternatif lain dalam khazanah sastra Indonesia
Oleh:
Dwi Fitria
SETIDAKNYA ada tiga orang dokter hewan yang kemudian juga dikenal sebagai sastrawan dalam khazanah sastra Indonesia. Taufiq Ismail, Asrul Sanl, juga Marah Kusli. Yonathan Rahardjo menambah panjang daftar ini. la adalah seorang dokter hewan yang juga mengukuhkan dirinya di belantika sastra Indonesia.
Yang membedakannya dengan tiga sastrawan sebelumnya adalah, Yonathan mengangkat ilmu yang ditekuninya jalin menjalin dengan karya sastra yang dibuatnya. Lanang, adalah perwujudan paling anyar perkawinan kedua hal ini.
Lanang berkisah tentang seorang dokter hewan yang sedang mengabdi di sebuah daerah di pelosok. Ia baru saja menikali dan mcmboyong serta istrinya yang masih belia ke tempat ia menunaikan tugas. Saat suatu malam seekor mahluk aneh memorak porandakan kamar tidur mereka, Lanang tercerabut dari kcasyikannya menjalani rutinitas pengabdian sebagai seorang dokter hewan muda,
Mahluk itu menyerupai babi hutan tetapi yang aneh, di punggungnya ada sepasang sayap. Setelah "serangan" ke rumahnya, keesokan harinya Lanang mendapati ternak di desa tempat ia mengabdi mulai terjangkit penyakit aneh yang tak terjelaskan oleh teori kedokteran hewan yang ia pelajari selama ini.
Belakangan terkuak juga bahwa binatang aneh yang menyerang rumah Lanang, burung babi rusa, adalah juga penyebab penyakit aneh yang melanda hewan yang diternakkan penduduk desa. Burung babi rusa ternyata dikembangkan oleh Doktor Dewi, seorang kaki tangan perusahaan asing yang ditugasi untuk menyebarkan wabah virus penyakit dengan menggunakan hewan aneh hasil rekayasa genetik yang dibuat-nya.
Lanang yang idealis harus menyelidiki dan menuntaskan wabah bencana yang ditebar pihak asing ini.
Sepintas melihat jalan cerita yang memasukkan unsur canggih bioteknologi, membuat novel Lanang punya banyak kemiripan dengan sebuah cerita fiksi ilmiah. Di dunia sastra Indonesia, genre yang satu ini agak jarang disentuh. Tetapi di dunia sastra internasional, genre ini adalah genre yang sudah ada sejak pertengahan Abad 19.
Adalah penulis Francis Jules Verne dan penulis Inggris H.G Wells yang dianggap sebagai orang-orang yang memelopori penciptaan genre yang amat me-nawarkan keluarbiasaan cerita yang biasanya bahkan tak ter-pikirkan sebelumnya.
Dalam Around the World in Eighty Days, Verne mengajak imajinasi pembacanya berkelana membayangkan kemungkinan mengelilingi dunia dalam waktu yang amat cepat untuk ukuran masa itu (novel ini terbit pada 1873). Belakangan "ramalan" Verne ini seolah benar-benar terbukti. Kemajuan teknologi telah membuat apa yang dibayangkannya lebih dari seabad yang lalu itu menjadi hal yang benar-benar mungkin dilakukan. Sementara Wells mengajak pembacanya membayangkan serangan makhluk luar angkasa terhadap planet bumi dalam The War of The Worlds. Buku yang terbit pada 1898 ini masih bisa memesona para pembaca masa kini, sebab mengajak pembacanya membayangkan kemungkinan adanya kehidupan lain selain manusia di semesta yang luas ini.
Yang membuat Lanang berbeda adalah, meski alurnya mirip cerita fiksi ilmiah, novel ini tetap mempertahankan gaya bahasa yang indah. Di beberapa bagian malah menjadi cenderung puitis.
"Aku telah mengejarmu sekian lama. Dalam pengejaranku, kucari kau tanpa lelah. Jerih payah dan pergulatanku hanya sekadar pompa gas yang mendorongku untuk selalu menyatukan fokus pada satu sasaran yang kutuju. Yaitu, aku mesti bisa mengungkapkan kau secara gamblang. Aku sudah berdarah-darah demi mendapatkanmu." Hal 115
Selain itu penokohan dalam novel ini juga cukup kompleks. Tokoh Lanang bukanlah karakter pahlawan hitam putih yang tak memiliki cela (seperti banyak tokoh pahlawan dalam fiksi ilmiah). Meski digambarkan memiliki kualitas seorang "hero," Lanang yang digambarkan cerdas, obsesif ini tetap digambarkan memiliki kekurangan-kekurangannya sendiri.
Lanang dalam cerita ini secara bersamaan harus mampu menyelesaikan masalah yang seolah menimpa nyaris semua bagian kehidupannya. Dan di hadapan masalah-masalah kompleks itu, ternyata Lanang tidak sejumawa namanya.
Meski cerita bertitik berat pada bioteknologi, masalah-masalah lain yang lebih erat dengan isu sosial seperti psikologi, dan politik kesehatan juga turut dibahas dalam. novel ini.
Menurut Apsanti Djoko Susanto dalam pengantar buku ini, Lanang juga mengajukan banyak kritik sosial. Di antaranya kondisi dunia pendidikan kedokteran hewan yang hanya mengajarkan ilmu dari Barat dan seolah mengabaikan kearifan lokal.
Dalam beberapa bagian novel dilontarkan pula kritik pada mentalitas pejabat pemerintahan yang picik dan lamban dalam menghadapi kebuntuan. Alih-alih berpikir keras menyelesaikan masalah yang dihadapi, para pejabat ini tanpa segan dan malu langsung saja berpaling pada klenik yang begitu mereka percayai.
Lanang adalah novel kompleks dengan bobot tersendiri. Cukup berat dan cukup kompleks untuk mengantarkan novel ini menjadi pemenang Sayembara Novel DKJ pada 2006 lalu.
Data Buku
Judul : LANANG
Penulis : Yonathan Rahardjo
Kategori : Fiksi/Sastra
Tebal : xii + 418 halaman
Terbit : Mei 2008
Penerbit : Pustaka Alvabet
Harga : Rp 55.000
No comments:
Post a Comment