Pages

Search Here

Karya Khas Tidak Terpengaruh Trend Pasar

saya sudah membaca Novel ini. Menurut saya, Novel ini layak untuk di Film kan. bukan latah untuk mengikuti trend, tetapi bahasanya yang puitis, mengingkat saya pada film Romeo and Juliet, Alur Ceritanya yang rumit, mengingatkan saya pada film The Game, dan Aroma mistis dan misterinya, mengingatkan saya pada film-film Suzana.

Saya sangat yakin, Film Lanang, akan laris manis dipasaran. Popularitas film ini, juga saya yakini tidak akan meninggalkan kualitasnya sebagai karya seni.

Saya mengenal secara pribadi, kepada arek Bojonegoro Jatim ini. ia nyentrik, eksentrik dan cenderung semau gue. sifat ini sangat mempengaruhinya dalam berkarya. dengan sifatnya itu, Dokter hewan alumnus Universitas Airlangga ini, telah menghasilkan karya-karya yang khas, dan tidak terpengaruh trend.

dalam beberapa hal, ia bahkan menciptakan trend dengan menghadirkan sesuatu yang berbeda. tengoklah "Syairrupa" itu, tengoklah puisi-puisi kulinernya yang mak-nyus.

Bila tidak dalam waktu dekat, saya yakin dan percaya, film ini akan difilmkan. saya percaya itu...................

salam, Drh Saptono Adi Muryanto SKH

SMAN 2 Bojonegoro: Ikuti Bedah Novel Bersama Yonatan Rahardjo


http://sma2bojonegoro.com/?p=362

Ikuti Bedah Novel Bersama Yonatan Rahardjo

June 30, 2008 · Print This Article

LanangkuBojonegoro-Akhirnya, keinginan untuk bertemu pengarang novel lanang kesampain juga. Lewat acara bedah novel, Mas Yonatan bersama Mbak Aisyah (Alumni SMAdaBO) akan hadir di SMAN 2 Bojonegoro untuk kupas tuntas seputar “Lanang”, mereka akan ditemeni oleh Mr. Prawoto yang juga merupakan alumni SMAdaBO tahun 2001 yang saat ini mengajar disana. Selain bedah Novel, acara ini juga akan diselingi diskusi sharing dan motivasi atas keberhasilan alumni dan strategi untuk bisa berprestasi saat sekolah kuliah dan ketika mau kerja

Untuk meramaikan acara tersebut, kami undang seluruh pengunjung website untuk berpartisipasi dalam kupas tuntas Novel “Lanang” pada : Sabtu, 12 Juli 2008, Pukul : 09.00 WIB di Aula SMAN 2 Bojonegoro.

Acara ini diselengarakan bekerja sama anatar Majalah ZIGZAG, OSIS dan IKATAN ALumni SMAdABO.

Perlu kami sampaiakn, Novel lanang adalah Pemena sayembara Novel DKI 2006, dan bukunya telah di Lunching pada bulan mei 2008. Dia asli kelahiran Bojonegoro dan tercatat sebagai alumni SMAdaBO yang lulus tahu 1987. Proesinya saat ini adalah Dokter Hewan. (Baca Sinopsis di riview, red)
Yang berminat ikuta cara tersebut, silahkan call Mr. Prawoto di 081931002004, undangan terbatas. Rencananya yang hadir adalah 70 orang perah lima besar di kelas X, dan XI. Alumni SMAdaBo, undangan dari siswa sekolah lain (OSIS dan Majalah) , alumni redaksi majlah ZIGZAG bapak ibu guru, anggota ekstra Pramuka, PMR, teater dan bebebrpa guru SMA 2 dan guru Bahasa Ind dari sekolah lain.

Dwi Fitria: Tentang Rekayasa Genetika

Jurnal Nasional, Minggu 22 Juni 2008

Tentang Rekayasa Genetika

Mengetengahkan masalah rekayasa genetika, Lanang memberikan alternatif lain dalam khazanah sastra Indonesia

Oleh:
Dwi Fitria


SETIDAKNYA ada tiga orang dokter hewan yang kemudian juga dikenal sebagai sastrawan dalam khazanah sastra Indonesia. Taufiq Ismail, Asrul Sanl, juga Marah Kusli. Yonathan Rahardjo menambah panjang daftar ini. la adalah seorang dokter hewan yang juga mengukuhkan dirinya di belantika sastra Indonesia.
Yang membedakannya dengan tiga sastrawan sebelumnya adalah, Yonathan mengangkat ilmu yang ditekuninya jalin menjalin dengan karya sastra yang dibuatnya. Lanang, adalah perwujudan paling anyar perkawinan kedua hal ini.
Lanang berkisah tentang seorang dokter hewan yang sedang mengabdi di sebuah daerah di pelosok. Ia baru saja menikali dan mcmboyong serta istrinya yang masih belia ke tempat ia menunaikan tugas. Saat suatu malam seekor mahluk aneh memorak porandakan kamar tidur mereka, Lanang tercerabut dari kcasyikannya menjalani rutinitas pengabdian sebagai seorang dokter hewan muda,
Mahluk itu menyerupai babi hutan tetapi yang aneh, di punggungnya ada sepasang sayap. Setelah "serangan" ke rumahnya, keesokan harinya Lanang mendapati ternak di desa tempat ia mengabdi mulai terjangkit penyakit aneh yang tak terjelaskan oleh teori kedokteran hewan yang ia pelajari selama ini.
Belakangan terkuak juga bahwa binatang aneh yang menyerang rumah Lanang, burung babi rusa, adalah juga penyebab penyakit aneh yang melanda hewan yang diternakkan penduduk desa. Burung babi rusa ternyata dikembangkan oleh Doktor Dewi, seorang kaki tangan perusahaan asing yang ditugasi untuk menyebarkan wabah virus penyakit dengan menggunakan hewan aneh hasil rekayasa genetik yang dibuat-nya.
Lanang yang idealis harus menyelidiki dan menuntaskan wabah bencana yang ditebar pihak asing ini.
Sepintas melihat jalan cerita yang memasukkan unsur canggih bioteknologi, membuat novel Lanang punya banyak kemiripan dengan sebuah cerita fiksi ilmiah. Di dunia sastra Indonesia, genre yang satu ini agak jarang disentuh. Tetapi di dunia sastra internasional, genre ini adalah genre yang sudah ada sejak pertengahan Abad 19.
Adalah penulis Francis Jules Verne dan penulis Inggris H.G Wells yang dianggap sebagai orang-orang yang memelopori penciptaan genre yang amat me-nawarkan keluarbiasaan cerita yang biasanya bahkan tak ter-pikirkan sebelumnya.
Dalam Around the World in Eighty Days, Verne mengajak imajinasi pembacanya berkelana membayangkan kemungkinan mengelilingi dunia dalam waktu yang amat cepat untuk ukuran masa itu (novel ini terbit pada 1873). Belakangan "ramalan" Verne ini seolah benar-benar terbukti. Kemajuan teknologi telah membuat apa yang dibayangkannya lebih dari seabad yang lalu itu menjadi hal yang benar-benar mungkin dilakukan. Sementara Wells mengajak pembacanya membayangkan serangan makhluk luar angkasa terhadap planet bumi dalam The War of The Worlds. Buku yang terbit pada 1898 ini masih bisa memesona para pembaca masa kini, sebab mengajak pembacanya membayangkan kemungkinan adanya kehidupan lain selain manusia di semesta yang luas ini.
Yang membuat Lanang berbeda adalah, meski alurnya mirip cerita fiksi ilmiah, novel ini tetap mempertahankan gaya bahasa yang indah. Di beberapa bagian malah menjadi cenderung puitis.
"Aku telah mengejarmu sekian lama. Dalam pengejaranku, kucari kau tanpa lelah. Jerih payah dan pergulatanku hanya sekadar pompa gas yang mendorongku untuk selalu menyatukan fokus pada satu sasaran yang kutuju. Yaitu, aku mesti bisa mengungkapkan kau secara gamblang. Aku sudah berdarah-darah demi mendapatkanmu." Hal 115
Selain itu penokohan dalam novel ini juga cukup kompleks. Tokoh Lanang bukanlah karakter pahlawan hitam putih yang tak memiliki cela (seperti banyak tokoh pahlawan dalam fiksi ilmiah). Meski digambarkan memiliki kualitas seorang "hero," Lanang yang digambarkan cerdas, obsesif ini tetap digambarkan memiliki kekurangan-kekurangannya sendiri.
Lanang dalam cerita ini secara bersamaan harus mampu menyelesaikan masalah yang seolah menimpa nyaris semua bagian kehidupannya. Dan di hadapan masalah-masalah kompleks itu, ternyata Lanang tidak sejumawa namanya.
Meski cerita bertitik berat pada bioteknologi, masalah-masalah lain yang lebih erat dengan isu sosial seperti psikologi, dan politik kesehatan juga turut dibahas dalam. novel ini.
Menurut Apsanti Djoko Susanto dalam pengantar buku ini, Lanang juga mengajukan banyak kritik sosial. Di antaranya kondisi dunia pendidikan kedokteran hewan yang hanya mengajarkan ilmu dari Barat dan seolah mengabaikan kearifan lokal.
Dalam beberapa bagian novel dilontarkan pula kritik pada mentalitas pejabat pemerintahan yang picik dan lamban dalam menghadapi kebuntuan. Alih-alih berpikir keras menyelesaikan masalah yang dihadapi, para pejabat ini tanpa segan dan malu langsung saja berpaling pada klenik yang begitu mereka percayai.
Lanang adalah novel kompleks dengan bobot tersendiri. Cukup berat dan cukup kompleks untuk mengantarkan novel ini menjadi pemenang Sayembara Novel DKJ pada 2006 lalu.

Data Buku
Judul : LANANG
Penulis : Yonathan Rahardjo
Kategori : Fiksi/Sastra
Tebal : xii + 418 halaman
Terbit : Mei 2008
Penerbit : Pustaka Alvabet
Harga : Rp 55.000

Inez Dikara: Sudah Berbicara Mengenai Hegemoni

http://groups.yahoo.com/group/Apresiasi-Sastra/message/40833

Inez Dikara

Hmm...mm... banyak ya istilah barunya :D.

Masih setia menanti jawaban atas pertanyaan Kinu ke Paman yang mengatakan ada "estetika di luar teks yang mengambang di permukaan" pada novel Lanang. Siapa tahu dapet ilmu baru ;-).

"dedy_tri_r"


Mengkritik, Sebuah Pengalaman Pribadi.

Saya teringat cerita proses pewahyuan yang dialami oleh seorang pemuda Arab
di dalam sebuah gua. Pemuda itu Muhammad namanya, dan yang datang kepada
dia adalah Jibril, penghulu malaikat. Hal yang pertama kali diminta oleh Jibril
kepada Muhammad adalah : Baca. Bacalah!

Pembacaan naskah secara utuh dan menyeluruh adalah langkah awal bagaimana
saya bisa mengapresiasi / mengkritik karya seseorang. Subjektivitas tidak akan
bisa lepas ketika saya melakukannya. Mungkin adakalanya saya harus melewatkan
beberapa lembar halaman sebuah novel karena menurut saya apa yang tertulis di halaman-halaman itu tidak berkaitan dengan cerita atau tersebabkan gaya penulisan
yang membuat saya merasa bosan hingga pada akhirnya saya ingin mendapatkan
'alur ceritanya' saja dari novel itu.

Ada kredit poin tersendiri jika saya bisa menemukan gaya bertutur yang asyik, atau
wacana imajinasi yang "out of the box" dari sebuah persoalan yang mungkin sederhana.
Hal yang sama, walaupun bersifat negatif, bila saya menemukan hal-hal yang sudah
terlalu umum untuk disebutkan/dituliskan, jika tidak mau dibilang "klise".

Setelah selesai dengan pembacaan, saya akan mencoba mengkaitkan apa yang sudah
pernah saya baca sebelumnya dengan naskah tersebut. Saya mencoba menelusuri
modus keterpengaruhan si penulis dengan penulis-penulis yang sudah lebih dahulu
menulis dibandingkan dia. Pada beberapa kasus penulisan resensi yang saya lakukan
untuk beberapa novel, saya memang kadang berhasil menemukan kemiripan-kemiripan
walaupun cuma sekedar "feel" dari novel-novel yang pernah saya baca sebelumnya.

Semalam, di akhir acara Reboan, saya berdiskusi tentang pesan yang hendak disampai-
kan atau setidaknya diinginkan oleh Yonathan Rahardjo dalam novel pertamanya
"Lanang". Salah satu hal yang saya kritik dari novel tersebut adalah pemunculan hewan transgenik yang disebut Burung Babi Hutan. Saya mengkritik karena kebetulan saya
punya latar belakang di bidang biologi. Menariknya, ternyata menurut Mas Yon
: "Lanang tidak melulu berbicara soal kewaspadaan bahkan penolakan terhadap
rekayasa genetika melainkan sudah berbicara mengenai hegemoni" (yang akan dibahas
di PDS HB Jasin nanti).

Dari diskusi itu akhirnya saya sadar bahwa ada keterbatasan yang saya miliki dalam
mengkritik adalah jika ditemukan sudut pandang baru dari sebuah naskah itu. Dan hal
ini menegaskan bahwa seorang kritikus harus punya multidimensi keilmuan yang
harus memadai daripada sekedar kemampuan membaca belaka, walaupun seperti
awalan tulisan ini membaca haruslah jadi langkah awal.

Bacalah!


Salam Glagah Tebu,

Dedy

PDSHBJ: Undangan PDS HB JASSIN BEDAH BUKU NOVEL LANANG


dari: Panitia PDS HB Jassin Bedah Novel Lanang


PUSAT DOKUMENTASI SASTRA H.B.JASSIN


Mengundang Anda Hadir pada:


BEDAH BUKU NOVEL LANANG

(Karya Yonathan Rahardjo, Pemenang Lomba Novel Dewan
Kesenian Jakarta 2006, diterbitkan oleh Pustaka Alvabet 2008)




Hari, Tanggal: Senin, 30 Juni 2008

Pukul: 15.00 - 17.30/ selesai

Tempat: Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (PDS HBJ)

Taman Ismail Marzuki

Jalan Cikini Raya 73 Jakarta
Pusat



PEMBICARA UTAMA:

Prof.Dr.I.Bambang Sugiharto

(Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Parahiyangan Bandung)



PEMBANDING:


1. Chris Poerba

(Peneliti, Pemerhati Konsep Hegemoni, Penerima Selo Soemardjan Award 2004 /Riset, Juara I National Geographic Indonesia 2007 /Paper)



2. Sahlul Fuad

(Peneliti, Pemerhati Konsep Resistensi)



MODERATOR:

Endo Senggono
(Kepala Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin)



LAFALISASI CUPLIKAN NOVEL LANANG:

A. Badri A.Q.T.

TERBUKA UNTUK UMUM, TIDAK DIPUNGUT BIAYA



Kontak Panitia:

Endo Senggono (0817 0787724)

Alin SP (081 881 9944, 0813 1796 9944)

Komunitas Menulis Bogor: Pertemuan Bulanan KMB di BTM 7 Juni 2008

http://bagja2000.multiply.com/photos/album/65/Pertemuan_Bulanan_KMB_di_BTM_7_Juni_2008

(...) Untuk Bulan Juli 2008, rencana KMB akan mengundang Dokter Yo, Penulis Novel "Lanang". Bertempat di Perkebunan Matoa, Ciapus. Sambil diskusi, juga mencicipi menu bebek kluwek..nikmat.... (...)

Ratna Savitri: Asli Buatan Dalam Negeri yang Menjadi Inspirasi

http://ratnasavitri.multiply.com/reviews/item/39

replykopiradix wrote on Jun 6
Asli buatan dalam negeri ya mbak? he he he. kayaknya seru tuh

replyratnasavitri wrote on Jun 6
kopiradix said
Asli buatan dalam negeri ya mbak?
Pasti dong asli.. aku mulai mencari karya2 asli negri sendiri.. sudah 2 orang nich..

*Laskar Pelangi dan Lanang* yang membuat inspirasi aku untuk lebih bisa mengeluarkan isi hati dalam bentuk tulisan..

replykopiradix wrote on Jun 6
ratnasavitri said
Pasti dong asli.. aku mulai mencari karya2 asli negri sendiri.. sudah 2 orang nich..

*Laskar Pelangi dan Lanang* yang membuat inspirasi aku untuk lebih bisa mengeluarkan isi hati dalam bentuk tulisan..
Menulis novel seperti itu risetnya harus kuat ya mbak

replyburunghantupunya wrote on Jun 6
Wah aku kenal tuh sama mas Yonathan (kalau dia masih inget) waktu penganugrahan pemenang novel DKJ juga aku dateng, wajar kalau dia nulis tentang dokter hewan, ya bisa dilihat dari latar belakangnya :-)

replyratnasavitri wrote on Jun 6


burunghantupunya said
aku kenal tuh sama mas Yonathan (kalau dia masih inget) waktu penganugrahan pemenang novel DKJ juga aku dateng, wajar kalau dia nulis tentang dokter hewan, ya bisa dilihat dari latar belakangnya :-)
heheheehe asik donk...aku belum ketemu langsung tapi dah ikutan kasih ucapan selamat waktu on air di radio Bahana tgl 5 juni 2008 kemarin jam 9.00 -10.00

Ai Tuti Alawiyah: Psychological conflict among the characters that is appeared deeply and presented like real

Oleh
Ai Tuti Alawiyah
FKIP
Universitas Ibn Khaldun Bogor

Name : Ai Tuti Alawiyah
NPM : 06221210680
Semester; IV afternoon
Title : Lanang
Author : Yonathan Rahardjo
Editor : A. Fathoni
Publisher: Alvabet Sastra
Year : 2008
Page : 416 pages


In general, this story vividly tells about disagreement, deception, religion, spiritual, accident, prostitution and sex. There is a psychological conflict among the characters that is appeared deeply and presented like real.
The novel was told about Ihe story of veterinary surgeon was named Lanang. Lanang was a veterinary surgeon in his village and has a wife was named Putri. His daily activity is help me dairy cow breeder. In the morning, the little cow that he help was died. He was very shocked, then he had made some investigation, but he still failed to find it. He doesn't know that caused dairy cow was died. But he remember with "Burung babi hutan" that has come him.
Then, all doctor make a seminar for this case. In that seminar, he met Dr. Dewi. Dewi was a holder of doctorate who worked as a henchman of foreign corporation. She had a duty for supplying genetic engineer product from foreign country. She created transgenic animal that was able to spread the virus of disease named wild boar bird or Burung Babi Hutan. Since appearing of this peculiar animal, the area of dairy cow where Lanang worked suddenly attacked by the mysterious disease. Lanang was a clever veterinarian.
I think that is an impressive thing. An animal veterinarian who dominates the scientific language can also dominate poetic language. Apparently scientists also can be romantic person. I think Lanang is an interesting reading.

Ilenk Rembulan: Wawancara di radio bahana family

oleh:
Ilenk Rembulan

http://ilenkrembulan.blogspot.com/2008/06/wawancara-di-radio-bahana-family.html


Sunday, June 8, 2008
wawancara di radio bahana family
kudunya eh laporan ini kubuat pas hari kamis maren tanggal 5 juni 2008 jam 12 siang...tapi gimana lagi, kerjaan kantor akhir-akhir ini menggunung.

sesuai janji sama cak dur Yonathan gue akhirnya jadi juga diwawancarai di radio bahana family dalam rangka bulan sastra, kali ini wawancara soal bukunya cak dur yg baru launching Lanang.....sebagai teman seperjuangan ada baiknya gue ikutan mempromosikan buku tersebut.

seumur-umur gue dah luamaaa kaga diwawancarai di radio lage....hehehehe jadi maren termasuk langka juga, pas kudu ijin bohong lagi ama boss....dasar deh. !

wawancaranya seru banget...dan gw merasa bahagia banget teranyata banyak pendengar sudah baca buku Lanang, dan seperti biasa buku ini kan mengundang kontroversi soa ejaan atau apa lah katanya yg orang sastra atau merasa sok tau sastra dikecam..padahal HB Yassin mengajariku dalam buku-2nya kalau kita mengkritik itu harus berimbang....

tapi dengan wawancara hari itu gue puas banget, dan keliatan cak dur juga senang ternyata mereka mengaparesiasi suku ini tidak pusing soal ejaan atau bahasa yang rumit tetapi oleh tema. Ya buku novel ini kaya akan tema. Pengarang yang baik adalah pengarang yg mau menyampiakan sesuatu untuk pembacanya. di novel Lanang ini cak dur ingin menyampaiakn tentang hasil rekayasa genetika yang sekarang ini sangat sangat membahayakan.

pada saat aq diwawancara aq terangkan bahwa heru yg ada di jerman yg kerja sebagai ahli mikrobiologi itu cerita kalau pada waktu yang akan datang bisa saja babi rasa daging sapi supaya haal, atau kambing rasa sapi..atau sebaliknya...karena persilangan gen yg luar biasaa...wah bisa bahaya ini.

dalam dunia kosmetika kita semua tahu bahwa banyak hasil rekayasa genetika ini dipakai.....bisa bisa lagunya broery semangka berdaun sirih bisa kejadian.

bagaimana tidak bukankah semuanya itu cukup beralasan...dan rupanya dari delapan orang yg mengirim ulasan mereka sependapat dng gw soal rekayasa genetika ini.

dan novel Lanang bisa dng gamblang menceritakan kejadian semuanya aitu bakal dimasa yg akan datang tidak lagi menjadi cerita fiksi namun cerita sesungguhnya.

dan pulang jam 11 sampe kantor lagi......membawa kenangan indah buat perjalannan membantu pemasaran Lanang.

Sebuah karya sastra akan menjadi bernilai bila dia diapresiasi oleh orang-orang yang bukan sastra dan membelinya sebagai tambahan pengetahuan.

hidup LANANG...MERDEKA...salam bahagia buat Cak DUR...YONATHAN..

13.45 wib...waktu kantor..

SMAN 2 Bojonegoro: Lanang dan SMAN 2 Bojonegoro

Yth/Ytc
Bapak/ Ibu Guru, Alumnus dan Siswa,
Almamater SMAN 2 Bojonegoro
di Manapun saja berada

Perkenankan saya, alumnus SMAN2 Bjn tahun 1987, mempersembahkan Novel saya “Lanang” kepada Almamater saya SMA Negeri 2 Bojonegoro.

Novel Lanang ini sampai ke SMA 2 Bojonegoro berkat bantuan: Aisyah Sileuw, Alumnus SMAN 2 Bjn tahun 1989.

Di kota lain: Jakarta dan sekitarnya dapat diperoleh di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung. Di Surabaya dapat diperoleh di Toko Buku Uranus. Di kota yang tidak ada, dapat menghubungi penerbitnya:

Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21 7494032,
Fax. +62 21 74704875
http://www.alvabet.co.id

atau lewat Sdr Alin SP, HP No: 081 881 9944, 0813 1796 9944

Selamat membaca, semoga bermanfaat

yonathan

=======

Penerbit Pustaka Alvabet menerbitkan Buku Baru

DATA BUKU:

Judul : LANANG
Penulis : Yonathan Rahardjo
Kategori serial : AlvabetSastra
Editor : A. Fathoni
Cetakan : I, Mei 2008
Ukuran : 12,5 x 20 cm
Tebal : 440 halaman
ISBN : 978-979-3064-59-8
Harga : Rp. 55.000,-

L A N A N G
(Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006)

Yonathan Rahardjo

SINOPSIS:

Doktor Dewi seorang antek korporasi asing. Berkepentingan memasok produk rekayasa genetika dari luar negeri, dia ciptakanlah hewan transgenik penyebar virus penyakit, Burung Babi Hutan. Sejak kemunculan makhluk aneh ini, area peternakan sapi perah tempat Lanang bekerja tiba-tiba terserang penyakit gaib. Ribuan sapi mati. Warga pun gempar.

Bersama pemerintah dan masyarakat, Lanang, dokter hewan yang cerdas, obsesif, dan melankolis, sibuk mencari tahu sebab kematian sapi perah. Seminar dan penelitian dilakukan, tapi penyakit misterius tak kunjung ketemu. Usaha ilmiah pun menemui jalan buntu. Lalu, mengemukalah isu dari seorang dukun hewan bahwa biang keladi kematian sapi adalah Burung Babi Hutan, makhluk jadi-jadian. Polemik mistikisme tradisional versus bioteknologi modern pun menambah ruwet persoalan. Akankah proyek Doktor Dewi berjalan mulus?

Ditulis dalam gaya thriller, plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokohnya pun rumit dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan kritis bagi yang tertarik pada isu-isu sosial, psikologi, bioteknologi, dan politik kesehatan.

KUTIPAN PUJIAN:

”Membaca novel ini, saya segera merasakan kemiripannya dengan kesusastraan Eropa abad ke-20, misalnya novel Prancis Plague (Penyakit Pes) karya Albert Camus atau karya-karya Géza Csáth dalam kesusastraan Hungaria: kita harus menghadapi kehadiran simbolik, mistik, rasional, dan irasional secara bersamaan. Sebagai ”pemula” dalam kesusastraan Indonesia, saya membandingkannya dengan Harimau–Harimau karya Mochtar Lubis. Musikalitas dan plastisitas deskripsi dalam novel ini luar biasa, seperti skenario film!”
—Mihaly Illes, Duta Besar Hungaria untuk Indonesia

“Yonathan seperti Taufiq Ismail yang juga dokter hewan, sama dengan Asrul Sani idem ditto dokter hewan. Ditarik lebih jauh ke masa lampau, Marah Rusli, pengarang roman Siti Nurbaya, pun dokter hewan. Saya pikir, tentu ada sesuatu yang “spesial” dengan dokter hewan. Bisa bersajak, bisa mengarang.
… Saya pikir, Yonathan ini wong edan, gendheng, gilo-gilo baso, sifat yang melahirkan kreativitas, orisinalitas. Kukirim sajakku padamu Yonathan. Bunyinya: Katakan beta/manatah batas/antara gila/dengan waras.”
—Rosihan Anwar, Tabloid Cek & Ricek

“Kekuatan utama novel ini terletak pada wawasan baru yang mewarnainya. Rumit tapi…. Sangat menarik.”
—Ahmad Tohari, novelis

“Novel yang kaya dan dalam, menampilkan berbagai wajah dan genre yang beberapa di antaranya belum dirambah pengarang Indonesia lain: sains, thriller, sosial, psikologi.”
—Prof. Dr. Apsanti Djokosujatno, Guru Besar Sastra Universitas Indonesia

”Ada beberapa dokter hewan yang terjun dan bergelut di dunia sastra. Tetapi, agaknya, hanya (Dokter Hewan) Yonathan Rahardjo yang coba memperkaya sastra Indonesia dengan rekayasa genetika sebagai bagian dari pengucapan literernya melalui novel Lanang.”
—Martin Aleida, wartawan Tempo 1971-1984

“Penyair yang dokter hewan ini dikenal dengan puisi-puisi kontekstual dan sosialnya. Kritik-kritiknya tajam, kendati dibalut dengan bahasa yang telanjang.”
—Kompas

“Lanang adalah perpaduan mengejutkan antara eksperimen biologi mutakhir dengan alam spiritual tradisional. Kerumitan alur cerita, keterampilan bahasa, dan kompleksitas psikologi yang ditampilkannya adalah tawaran gelagat baru yang menakjubkan dalam denyut sastra Indonesia mutakhir.”
—Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto, Guru Besar Filsafat Universitas Parahyangan

“Jalinan cerita dan tokohnya memang buah imajinasi, tapi latar belakang teknologi dan konspirasi global (yang jadi setting ceritanya) boleh jadi mendekati kenyataan. Gabungan fiksi dan kenyataan yang membuat masyarakat perlu berpikir ulang ihwal teknologi!”
—Hira Jhamtani, pengamat kehidupan, Gianyar, Bali

“Cara bercerita dalam novel Lanang memperkaya khazanah susastra Indonesia, sebuah cara penceritaan yang baru, rinci, telaten, merayap, namun arahnya pasti dan penuh kejutan.
Penceritaan hal-hal sensitif, yang menjadi kontroversi berbagai pihak dalam konteks sastra dan moralitas sastra Indonesia, mampu disampaikan secara terbuka dan terus terang namun tidak blak-blakan dan vulgar, dikemas dalam kata dan kalimat indah khas susastra, dengan tetap menjaga dan mempertahankan greget suasana dan makna.
Konflik kejiwaan dan karakter tokoh utama ditampilkan secara mendalam, menghadirkan konflik itu terasa nyata, dan memang sebetulnya mewakili kondisi kejiwaan dan spiritualitas manusia Indonesia pada umumnya dalam menghadapi masalah yang menyangkut kepentingan bangsa.”
—Ahmadun Yosi Herfanda, Redaktur Budaya Harian Republika

“Novel ini menggarap satu tema yang sangat menantang: rekayasa genetika. Sebuah tema yang memerlukan pengetahuan khusus dan kecakapan menulis yang lebih dari cukup. Dalam beberapa hal, sang pengarang telah memenuhinya. Selebihnya, biar sidang pembaca yang menilai.”
—Zen Hae, penulis sastra, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta

“Yonathan Rahardjo, seorang dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya, memilih berkecimpung di dunia tulis-menulis ketimbang berpraktek sebagai dokter hewan….
Dari semua tulisan yang dibuatnya, Yonathan menyadari dirinya cenderung menyukai tulisan-tulisan yang mengungkap rasa, yaitu tulisan sastra, bukan berita ilmiah ataupun laporan, tapi bahasa indah yang di dalamnya ada prosa dan puisi, yang punya benang merah dengan apa yang ia lakukan waktu kecil.”
—Bisnis Indonesia

”Novel (Dokter Hewan) Lanang mengangkat kisah kemanusiaan dokter hewan dan seluk-beluknya secara rinci, gamblang dan imajinatif dalam menyelidiki misteri kematian hewan dalam jumlah besar, yang memengaruhi hajat hidup masyarakat dan bangsa.
Jatuh bangunnya Drh. Lanang dalam menyelidiki kasus penyakit penyebab kematian hewan itu merupakan cermin apa yang sesungguhnya terjadi di bidang kedokteran hewan dan peternakan di tanah air, dengan menggunakan dasar ilmiah dan dikembangkan sebagai fiksi dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Novel yang patut menjadi bacaan “wajib” bagi kalangan kedokteran hewan dan peternakan serta peminat seni sastra pada umumnya. Penyajiannya sangat inspiratif dan menjadi jembatan emas antara dunia ilmiah kedokteran hewan dan dunia kemanusiaan (humaniora).”
—Prof. Drh. Charles Ranggatabbu, MSc, PhD, pakar Kedokteran Hewan, Guru Besar dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Jogjakarta

“’Kita kembali pada karya sastra saja,’ ujar Yonathan Rahardjo, salah satu pemenang sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta. Karyanya adalah salah satu di antara pilihan juri yang mencengangkan publik sastra karena realisme hampir nampak dalam karya para pemenang ini.”
—Sihar Ramses Simatupang, Sinar Harapan

“Yonathan Rahardjo selama ini mencermati berbagai tema kehidupan, seperti kehidupan politik yang bobrok, porak porandanya lingkungan, dan berbagai kenyataan sosial lainnya. Semua itu dicurahkannya….”
—Warta Kota

“Sebuah roman yang akan membawa kita meruntuhkan blokade terhadap orang lain sebagai impersonalitas menuju sesuatu yang personal dengan menciptakan ruang intim. Orang lain hadir dengan berbagai “cara memahami” sebagai warisan budaya dalam menetapkan berbagai definisi berikut batas-batas kategori dan klasifikasi yang kaku. Roman ini mendobrak batas-batas itu dan menjadikan semua tokoh ceritanya sebagai cermin yang dalam untuk menjenguk diri kita sebagai manusia dengan kecemasan, harapan, rasa sakit, dan cinta.”
—Wicaksono Adi, kritikus seni, Juara I Lomba Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2004

============================ ==============
info perkembangan tafsir pembaca novel Lanang:
http://www.novellanang.co.cc

============================ ==============

Aisyah Sileuw: Surprisingly, my thought was wrong...

oleh:
Aisyah Sileuw

http://sileuwdemeter.blogspot.com/2008/05/lanang-by-yonathan.html

lanang by yonathan

you remember my friend i talked about in my previous post that i wrote in march (if i am not mistaken)? yonathan rahardjo. the guy who was my older classmate when i was in high school? good if you do remember. we met on 2 may in jakarta. that was when i had meeting with my client. he gave a shot to steal my time from that meeting. and i was happy that finally we made it, as we always planned to meet but that plan was a plan, never came to reality.

today his novel, LANANG is launched in bulungan jakarta. i am invited but cannot come as i am still in pontianak. this novel got the first prize in jakarta literature contest. what a big achievement he has made. i never imagine that he becomes an artist: he paints while reading poems; he writes many short stories that are published in many newspaper
and magazines and he just finished another novel. as i mentioned earlier, he was the brightest student for his cohort in high school. i thought he would be a scientist, researcher or whatever that has nothing to do with art. surprisingly, my thought was wrong. i am really proud of him.

i promised him that i am going to write my thoughts on his novel and post it on my blog. hopefully i can keep my promise this time despite my hectic schedules in my new consulting company. he said that this novel talks about a vet named LANANG trying to cope with the avian influenza. that's his main point. i have to read it myself, he added. i am just amazed that many big names wrote forewords in his novel. way to go mas YO. keep up the good work.

PS. You can find this novel in Gramedia or other bookstore. i have checked the price, IDR 55,000 only. it is really cheap for such a good book.

Posted by Aisyah Sileuw on Friday, May 23, 2008

Rienz Bintang: Memberi Kontribusi Besar dalam Dunia Baca, Tulis-Menulis dan Olah Kata di Indonesia

oleh:
Rienz Bintang

http://rienzbintang.multiply.com/journal/item/15/REBOAN

(...) Acara pembukaan Reboan-Pasar Malam yg sedianya akan diisi oleh Eiffel Band (terlambat datang coz ada salah satu keluarga personil band yg meninggal ) akhirnya acara diskusi “ Novel Lanang “ karya Yonathan Raharjo dimajukan dgn Febby Indriani sbg moderator serta Bpk. Mustafa Ismail dan drh. Suli Teruli Sitepu sbg pembahas. Pembahasan Novel Lanang cukup menarik meski penulisnya sendiri hanya bertindak sbg pengamat saja. Sebelumnya Novel ini sempat dibedah waktu launching di TIM tp aku tidak mengikuti acara tersebut hingga selesai karena jam kantor tidak memberikan ruang yg cukup tuk hobbyku. Aku sendiri belum membaca novel itu coz ada beberapa novel waiting list yg hrs disimak. Tapi dari diskusi itu ada beberapa point yg patut tuk dijadikan referensi dalam menikmati Lanang. Menurut para pembahas ide cerita novel itu sebenarnya sangat menarik tetapi gaya bahasa yg disajikan membuat Lanang seperti kehilangan rohnya coz banyak kata2 kiasan yg terlalu ( lebai ) yg kadang kurang cocok dgn tokohnya atau plot ceritanya. Selain itu (katanya) ada beberapa bagian jalan cerita yg hanya berfungsi sebagai tempelan saja. Diskusi Lanang td malam tidak seheboh waktu di TIM yg jg dihadiri oleh beberapa aktivis feminis yg seakan berusaha mendongkel egonya laki2 pada karya Yonathan yg (katanya) jg feminis itu. Diluar konteks feminis atau tidaknya pribadi Yonathan ttp kehadiran Lanang memberikan kontribusi besar dalam dunia baca, tulis-menulis dan olah kata di Indonesia.

Semakin malam penikmat sastra yg hadir semakin banyak. Jumlah kursi yg tersedia ternyata tidak bisa menampung kehadiran para penikmat sastra. Sastra telah menggilas batas usia sehingga siapapun tanpa embel2 apapun bias menikmatinya. Hal itu bias dilihat dari orang2 yg hadir di acara Reboan-Pasar Malam. Jadi semalam di WapPres semua bersastra….hahahahaha….

Selepas diskusi Lanang kmd para penikmat sastra dihibur dgn (...)

pembacanovellanang wrote on Jun 19
mengomentari tulisan Rienzbintang tentang Novel Lanang

oleh:
Ai Tuti Alawiyah
FKIP
Universitas Ibn Khaldun

replyrienzbintang wrote on Jun 19
Thks bgt ya dah mo sharing...
Jadi smangt mo nikmatin LANANG...
Cm da yg hrs dluruskan coz penilaian Lanang di atas bukan penilaian pribadi tp aq hanya menyampaikan apa yg

Shinta Suciati: Like watching a movie

By:
Shinta Suciati
FKIP
Universitas Ibn Khaldun Bogor
06211210498
Semester IV Afternoon

Novel Lanang tell about a man the name is Dr. Lanang, he is veterinarian and he lived in the village and his wife was named Putri. The night he halp born Cow property Sukarya bat in the morning the little cow that he halp died. He was very shocked, then he had made some investigation.
All Doctor make a seminar for this cause, in the Seminar he meet Dr. Dewi she was a holder of doctorate who worked as a follower of foreign corporation, and than she was created transgenic animal that was able to spread the virus of diseae named " Burung Babi Hutan "
Actually Dr Dewi be an accessrt with Rajikun for distant Dr. Lanang. Dr. Lanang was a combination that surprised between the latest experiment of biology with the nature of traditional spiritual.
Reading Novel is like watching a movie, there is a psychological conflik among the A character that is appeared deeply and presented like real.
\ This story can be a reflection of wahat is being happened in the field of animal medical Wnd animal husbandry in this country.

Sitta Fiakhsani Taqwim: Gw jadi keder, jangan-jangan nanti...

Oleh: Sitta Fiakhsani Taqwim

http://sittafiakhsanitaqwim.blogs.friendster.com/sitta_narcissa/2008/05/hancurkan_tembo.html#comments

(...) ngobrol ngalor-ngidul bubar kelas di kafe MP sampe jam 6!! Mas Yusi nyuruh nulis dengan setting farmasi. Sebenernya gw ragu kalo mau pake latar farmasi. Lha mereka menghina novel Lanang segitu parahnya. Memang agak parah sih, karena penulisnya terlalu angkuh, karyanya ga mau disunting. Gw jadi keder, jangan-jangan nanti gw juga melakukan hal yang sama. (...)

Dhyan: Membaca Bisa dengan Hati, Telinga dan Rasa

http://profiles.friendster.com/syairupa

oleh: Dhyan
06/7/2008 12:50 am

* Makasih .. sudah di beri kesempatan aku bisa membaca novel lanang..

saya tertarik dengan apa yang saya dengar di radio..

membaca tidak hanya secara fisik membaca.. tetapi membaca bisa dari hati, telinga dan rasa..

bulu kuduku langsung berdiri dan hati ini langsung bergetar..

seperti ada panggilan tanpa suara.. hanya bentuk dimensi yang berbeda.. hanya engkau denganku yang mengetahuinya..

jemariku tanpa lelah ingin menulis tanpa batas.. asa yang hilang mungkin akan kembali .. sanggpkah diri melangkah menyongsong masa yang ada di hadapanku..

jawaban ada di hati dan pikiran kita..

eh.. kok jadi ngelantur...
sukses buat karyanya.. semoga waktu mempertemukan kita.

Dedy Tri Riyadi: Bertemu Monster dalam Bahasa Puisi

oleh:
Dedy Tri Riyadi
Judul : Lanang
Penulis : Yonathan Rahardjo
Penerbit : Pustaka Alvabet
Tebal :
Harga : Rp. 55.000,-


Lupakanlah logika bahasa dan menalar segala bentuk moral juga kebenaran dalam cerita ini. Bahasanya yang entah karena emosi dibuat rumit seperti puisi menjadi semacam tembok dalam labirin yang coba dibangun oleh pengarangnya.

Kritikan terhadap cara berbahasa dari novel ini sudah banyak diungkap orang lain. Untuk itu, rasanya dari awal pembahasan ini perlu diingatkan calon pembaca mengenai hal yang satu itu.

Terlepas dari kerumitan bahasa dan vulgarisme yang dianut oleh penulis, ada ide baru yang hendak digugat olehnya. Kecenderungan sastra yang menonjolkan feminimisme (gugatan isi hati perempuan terhadap dominasi lelaki) ingin ditentang oleh penulis sebagaimana termaksud dengan judul "Lanang" ini.

Lanang selain sebagai nama tokoh utama juga menggambarkan hal yang ingin dicapai oleh tokoh utama tersebut dalam kehidupannya. Bermain-main di ranah seksual dengan berbagai jenis wanita bahkan binatang menjadi salah satu cara baginya untuk mendapatkan predikat "jantan" itu.

Salah satu cara untuk bisa menikmati novel ini juga adalah dengan melupakan seekor monster berbentuk burung babi hutan yang pastinya akan menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana caranya menciptakan monster itu? Atau lebih lanjut : Apakah kegunaan sebenarnya dengan percobaan dokter Dewi dan perusahaan itu menciptakan burung babi hutan? Karena memang tak perlu hal itu ditanyakan di sini.

Adalah Stephen King yang menanamkan cara menjalarkan ketakutan ke benak pembaca dengan baik dengan alien-alien yang oleh pembaca jarang ditebak di bagian awal seperti apa bentuknya. Mungkin kengerian inilah yang hendak dibangun oleh Yonathan Rahardjo dengan monster burung babi hutannya. Pesan moral yang ingin ditunjukkan jelas : Hati-hati dengan rekayasa genetika!

Dengan isu itulah saya kira, Lanang menjadi catatan tersendiri. Karena novel Indonesia yang membahas isu transgenik bisa dikatakan belum ada. Saya membandingkan novel ini dengan novel yang dulu pernah saya baca "Almost Adam." Temanya hampir serupa tentang lingkungan mahluk hidup dan evolusi. Bedanya jika "Almost Adam" berpihak pada missing link, Lanang memberontak pada evolusi ke depan : rekayasa genetika. Meskipun demikian, hal-hal erotik dalam kedua novel ini sangat bertentangan. "Almost Adam" menggarap sisi persetubuhan dengan kata-kata yang filosofis dan ilmiah, sedangkan "Lanang" tampak kedodoran di sisi yang sama.

Ada pendapat untuk "Lanang" ini dikategorikan sebagai novel puisi. Atau setidaknya novel dengan bahasa yang puitis. Pendapat saya sebagai pembaca, puitis atau tidak tergantung dari pemilihan kata yang dilakukan oleh penulis. Beberapa karya yang pernah saya baca nampak puitis karena rima yang dijaga dan penggambaran suasananya yang halus. Salah satu bagian dari "Mahasati" karya Qaris Tajudin salah satunya.

Dedy Tri Riyadi

ekohm wrote June 10 2008 at 12:39 PM
pertamaaxxx....nih...

Prilia: Pesan yang Disampaikan Betul-betul Menggetarkan

Kyknya novel ini ada kaitan dgn kond peneliti or dokter, atau politik kesehatan ind saat ini ya? Penelitian yg gak tuntas, pny yg gak tdeteksi dan ahli2 yg asbun. Pemerintah yg plinplan.

Sys dh bc novel Lanang. Luar biasa.Kendati bnyk kritik ttg teknik pnulisan,tp pesan yg disampaikan pnulis btl2 mgetarkan. Sngt mengerikan bila tnyt kualitas peneliti & drh di in dada yg spt Lanang. Baik sbg scientist ato pribadi. Mngkn itu ya yg bikin suatu Negara gak maju2. (prilia -081317969XXX)

Boethdy Angkasa: Banyak Khayal dan Obat Hewan

Aku uda baca novel lanang kom baik tp drh kok tidak menjelaskan px hewan tapi aku bukan penjabat picik ya lokasi cerita di nongkojajar ya ntar byk kayal lupa obat hewan

Drh Boethdy Angkasa MSi
Staf Direktorat Jendral Peternakan
Departemen Pertanian

TIM-PKJ: Lanang dalam Agenda Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki

http://www.tamanismailmarzuki.com/kalendar/23-05-2008.html


Diskusi Novel

“Lanang”

Karya : Yonathan Rahardjo

Pemenang Sayembara Novel DKJ 2006



“Kekuatan utama novel ini terletak pada wawasan baru yang mewarnainya.

Rumit tapi ……. Sangat menarik”. (Ahmad Tohari, Novelis)



Pembicara :

Yusi Avianto Pareanom & Lisabona Rahman



Moderator :

Gratiagusti Chanaya Rompas



Galeri Cipta III

23 Mei 208

Pkl. 14.30 wib s/d selesai

Gratis & Untuk Umum



Kerjasama Antara



Pusat Kesenian Jakarta

Taman Ismail Marzuki

Dewan Kesenian Jakarta

Akmal Nasery Basral: Konstruksikan seperti apa bentuk (sebagian) bangunan sastra indonesia 10-15 tahun dari sekarang.

dari "akmal n. basral"
kepada nana rakeswara
cc apresiasi-sastra@yahoogroups.com
tanggal 9 Jun 2008 09:25
subjek [*Apresiasi-Sastra*] Re: haloo

http://groups.yahoo.com/group/Apresiasi-Sastra/message/39716


nana, karena permintaanmu ini tak ada yang confidential jadi aku forward ke milis karena ada beberapa nama yang mungkin bisa membantumu lebih jauh, seperti eka kurniawan (no. 25), saut situmorang (no. 7, 26 dan 29), dan kawan-kawan lain semisal hasan aspahani, mikael johani.

"the last leaf"-nya o'henry (no. 21) bisa dilihat di sini:
http://www.classicshorts.com/stories/lastleaf.html

o ya, satu ralat kecil. nana, saya tidak tinggal di pusat peradaban, tapi di pusat kemacetan (cibubur). itu bedanya jauh sekali. :)

nah sekarang untuk yang no. 30, pertanyaan khususmu untuk saya, saya usulkan agar kamu juga bersedia dengan rendah hati membaca prosa-prosa yang berorientasi ke masa depan, bukan hanya yang memandang takjub masa silam.

prosa-prosa yang berorientasi ke masa depan tersebut saat ini mungkin tengah mengalami proses metaformosis yang serius, atau bahkan mengalami hibernasi, sehingga karena itu keindahannya tak bisa terlihat dengan cepat, apalagi kekuatannya yang magnetik.

tapi jika kau bersedia menundukkan diri sedikit di depan teks-teks di bawah ini, barangkali
akan bisa kau konstruksikan seperti apa bentuk (sebagian) bangunan sastra indonesia 10-15 tahun dari sekarang. untuk menyebut beberapa di antaranya adalah:

1. semua novel mang jamal.
2. semua novel dan cerpen lan fang.
3. seluruh buku anak-anak arleen amidjaja
4. semua cerpen bung kelinci yang sudah dipublikasikan.
5. seluruh novel hary b. kori'un
6. karya-karya prosa hudan hidayat
7. karya-karya feby indirani yang sudah terbit.
8. cerpen-cerpen rita achdris yang sudah beredar.
9. novel yonathan rahardjo yang baru saja dipasarkan dalam bentuk buku.
10. seluruh karya prosa sihar ramses simatupang.

salam,

~a~

nana rakeswara wrote:
Halo akmal, aku akan tanggepin tulisanmu, tapi hari-hari ini belum bisa, aku lagi nyelesain sesuatu. Eh, tolong carikan bebrapa esay di bawah ini ya. aku menglipingnya dulu, ilang gara-gara pindah rumah. Kamu kan tinggal di salah satu pusat peradaban (TUK.he3.), tentu gak gitu sulit mencarinya. Aku sekarang tinggal di desa, gak da perpus gak da temen bicara, susah sekali mau nyari apaapa. Terimakasih ya.






Nirwan Dewanto, “Pembacaan Dekat atau Jauh?: Melintasi Sastra dan Seni Rupa,” Kalam 22, 2005.
Esay Dewanto Homo Poeticus Lampungensis 1
Esayesay Faruk HT
Tulisan Bambang Agung : Sastra Dunia Sastra Nasional
Kredo Puisi Sutardji Calzoum Bachri
Kesusastraan, Pasemon” Gunawan Muhammad
Esei2 pendek Chairil
Mengapa Saya menulis Sajak Subagyo Sastrowardoyo
Jagad Besar dan Jagad Kecil Sanusi Pane
Indonisasi Ciliwung Rustandi Kartakusuma
Angkatan 70 dalam sastra Indonesia Abdul Hadi W.M
Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru Sutan Takdir Alisjahbana
Pengaruh Barat Ida Nasution
“ Sikap Budaya Takdir dalam Polemik Kebudayaan dan Pengaruhnya” Subagio Sastrowardoyo
Ulasan Subagyo tentang puisi Sitor Situmorang
Ulasan Goenawan Muhammad terhadap DukaMu Abadi
Ulasan Arif B. Prasetyo terhadap Misalkan Kita di Sarajevo
Ulasan Arief B. Prasetyo terhadap Cala Ibi
Ulasan Sutardji Coulzum Bachri terhadap Perahu Kertas
Cerpen Enam (dimuat di koran tempo), cerpen Boneka (dimuat di playboy), kritik pertunjukan robert Wilson ; I la galigo (di bentara). Ugoran Prasad
Cerpen Daun Terakhir O’Henry
Semua Tulisan Hasif Amini
Debat Enin Supriyanto Vs Jim Supangkat mengenai kasus Pinkswing Park
Debat I Made Sukadana Vs Adi Wicaksono
Cerpen Eka Kurniawan : Gelak Sedih
Semua Tulisan Katrin Bandel yang belum dimuat dibukunya.
Semua tulisan Arsuka
Semua tulisan Enin Supriyanto
Semua tulisan Saut Situmorang
Semua prosamu yang menurutmu kuat, dan prosa-prosa lain yang pingin kamu bagi untukku

Radio Bahana: SMS Pembaca Lanang di Radio BAHANA

Kamis, 5 Juni 2008

05-06-200809:57:20 628159403831 Aku sdh baca novel Lanang. Asyik bnget
euy... Rugi abis den kalo gak baca...! (reza)
05-06-2008 09:53:56 Fira - Ps. Rebo
081511271269 Sy tertarik dg ulasan novelnya,mhl tdk bukunya? Maklum sy cuma
guru yg hrs menyisihkari sedikit honor utk beli buku
« awal < sebelumnya berikutnya >
05-06-2008 09:53:54 628159403831 Aku sdh baca novel Lanang. Asyik bnget
euy... Rugi abis deh kalo gak baca...!
05-06-2008 09:53:32 Irawan - Cengkareng LO£
081318214424 BR aprilia 19 jembatan 5 d'masiv diantara kalian slm y bt orang
yg telah menyakiti hatiku selamat ulang tahun aja ya smg pnjng umur and smg km bhga
dng plhnmu.
05-06-2008 09:52:43 Wanto - Jembatan Besi
085691580354 BR WANTO JMBTNBESIDONT CRY TONIGHT GNR SLM
BWT CAXRAM D SUNTER
05-06-200809:45:31 Novi-PdkLabu **
08568817940 Pakjon mau ty asyik gk bikin novel menurut jenengan?kenapajdulnya lanang?knpa bkn banci kaleng/ehem2?mtur nwun 05-06-2008 09:44:52 Lia - Jembatan 5
081388731821 BR Seronita jembatan 5, ELEMENT/RAHASIA HATI ya ri,
puterin ya, jangan pelit ya, lagunya buat seseorang ya ada di PT GUFO EKSLUSIF.
05-06-2008 09:42:51 6285710490566 Ga heran klo dokter hwan Ibh pintar dr
dokter apapun. Krn dokter lain msh tanya keluhan ke pasien. Tul ga mas Raharjo?
..05=06-2008 09:42:08 6281310736100 Caklul.Lanang itu sastra. Sesastra
puisi.Sepuisi indonesia.Seindonesia yg misteri.Membaca lanang memang beda dg logika
manusia indonesia.
05-06-2008 09:32:49 62818162462 Novel lanang membuka mata kite.. Bukan tidak mungkin penyakit2 spt sapi gila, flu burung, saras, dll adalah hasil rekayasa genetika..Bravo Jonathan! (yanti)
05-06-200809:31:29 Ambar
081318533793 Apakah Makhluk aneh yg disebutkan dalam novel lanang ini
virus/makhluk lainnya?trus gmn sich cr dptin inspirasinya?Ambar pasar baroe
05-06-2008 09:22:33 Iwan
02132321564 Iwan 26 radal alur ceritanya gmn, apa di anti klimaks ke klimaks ky naik turun naik turun
05-06-2008 09:30:08 6281310736100 Caklul.Lanang itu semacam buku primbon
untuk menguak misteri indonesia. Mungkin ini semacam ramalan jayabaya.
05-06-200809:20:41 622171212049 Yg mnarik dr novel ini mmbuktikn bhw
kpengarangan si penulis sangat fasih dgn dunia profesinya sbg dokter hewan, antara fiksi
dan fakta tipis. -badri-
05-06-200809:26:23 Maya
081319731873 Ita 28 pasarrebo. Biasanya seorang penulis jg senang membaca
(benar ga ;-)). Ada gak penulis lain yg menjd inspirasi mas Jonathan ketika menulis novel
ini?
05-06-2008 09:25:50 628128387971 Pesan dim "lanang" cemerlang, membuka
mata. Krn saat ini produk2 rekgen sdh bredar, kita tdk sadar, ada tembakau dgn gen
kunang2, tomat dgn gen ikan, semuanya menggunakan vektor virus utk bisa menyatu dim
se!2 atumbuhan/hewan. Ini bahaya tp para pakar tdk berani menyampaikan informasi ini
(ika).
05-06-2008 09:24:26 6281808327304 Saya ratna. Belum baca novelnya tapi dgn
mendengar resensi di radio ini jadi penasaran untuk membaca. Sukses aja untuk
novelnya.
05-06-2008 09:24:08 6281310725961 Sy sdh baca novel lanang yg sgt asyik &
menarik. Sy ada pertanyaan buat mas yonathan, apakah skrg sdg mnulis novel
berikutnya? Di lanang idenya m'angkat kompleksitas manusia sgt2 brilian
05-06-200809:14:56 Agus - Tngerang
08128925551 Agus bsd apa pesan moral yg ingin dismpaikn dim novel ini?

Lisabona Rahman: Siasat Tipuan Lanang

Oleh: Lisabona Rahman

Disampaikan pada Diskusi Novel Lanang, Jumat 23 Mei 2008
Kerjasama Dewan Kesenian Jakarta dan Penerbit Pustaka Alvabet

Sulit sekali untuk membaca buku ini dengan mandiri. Rasanya seperti pengantin laki-laki Betawi yang harus menghadapi jawara klan pengantin perempuan, saya harus melewati duabelas pembaca lain, yang pendapatnya bertaburan di sampul luar (depan dan belakang), sampul dalam, sampai kata pengantar. Saya putuskan untuk mengambil pintu samping dan menunda bertemu keduabelas jawara dan langsung masuk ke isi buku. Berikut iniiah pembacaan saya.

Meskipun barangkali semua hadirin sudah membaca Lanang, perkenankan saya membacakan plot cerita yang saya tangkap. Ini adalah pemaknaan pertama yang saya ajukan terhadap novel ini.

Tersebutlah seorang dokter hewan Iaki-laki yang tampan bernama Lanang. la mengabdi di suatu peternakan sapi perah di daerah pegunungan. Lanang masih pengantin baru, tapi demi pengabdiannya ia boyong istrinya yang cantik molek dan hampir selalu bergaun tipis melambai bernama Putri menyepi ke gunung, tanpa bulan madu. Setelah berhasil menolong kelahiran seekor anak sapi perah, Lanang menghadapi wabah penyakit sapi yang membuat semua sapi perah mati mengenaskan. Kemunculan wabah ini didahului pertemuan Lanang dan Putri dengan makhluk aneh yang disebut Burung Babi Hutan. Lanang berusaha mencari Burung Babi Hutan untuk menjawab pertanyaan apa hubungan makhluk itu dengan persoalan wabah yang dihadapi oleh sapi perah yang seharusnya ia rawat.

Karena Lanang diperkenalkan sebagai dokter hewan yang idealis dan peduli profesi, tentu saya berharap mengikuti penyelidikannya tentang wabah yang melanda populasi sapi perah di seluruh penjuru negeri. Mungkin seperti detektif. Tapi saya kecewa. Dokter hewan Lanang mengirimkan contoh sisa bangkai sapi ke laboratorium tanpa mencari tahu lebih jauh soai lingkungan kandang sapi, makanan atau minuman ternak itu. Mungkin saya terlalu banyak membaca novel detektif, sehingga berharap saya dituntun rasa penasaran menunggu uraian fakta demi fakta mencapai kesimpuian.

Setelah mendapat hasil laboratorium, Lanang bukan mempertanyakan gejala penyakit campur aduk yang dihadapinya, tapi justru memilih menyepi untuk memulihkan keseimbangan jiwanya. Putri digambarkan kecewa karena Lanang tidak mengajaknya ikut. Waktu Putri diperkosa oleh Burung Babi Hutan, Lanang meneruskan usahanya menenangkan diri dan bukannya pulang.

Sampai di sini, baiklah, barangkali Lanang bukan pahlawan yang sempurna meskipun ia tidak hanya tampan, bertubuh atletis dan pandai menyanyi. Tokh, ia punya tujuan lebih penting untuk mencari kedamaian diri sambil mampir ke pelacuran. Sementara di rumah, Putri bicara di telepon seperti berkomplot dengan seseorang, tapi membatin ingin sekali bersama Lanang.

Tidak pulangnya Lanang pada saat istrinya mengaiami kemalangan dan kontradiksi sikap Putri saya rasakan sebagai siasat mengulur cerita dan membungkus fakta. Peristiwa, sikap, ucapan maupun kemunculan tokoh-tokoh lain dalam cerita saya rasakan seperti keping-keping puzzle berserakan dan ditata pelan-pelan, tapi disembunyikan di bawah selubung lontaran-lontaran yang sengaja menyesatkan. Kejadian-kejadian diungkapkan tapi miskin detil bermakna, malah di beberapa bagian banyak detil yang diulang-ulang dengan persis (misainya detil kematian sapi) sama sehingga terasa menghambur-hamburkan kata. Saya tidak merasa ditantang untuk mengingat peristiwa ataupun deskripsinya untuk membantu saya memahami kesimpulan cerita.

Menjauhnya Lanang dari pusat kisaran investigasi kematian sapi untuk memasuki dunia privatnya membuat cerita patah dan kehilangan tegangannya. Investigasi wabah penyakit sapi, politik unjuk diri para peneliti maupun satir kelakuan penguasa makin melipir dari perkembangan karakter Lanang. Bagian ini memang memperkenalkan kita dengan Dewi, doktor ahli modifikasi genetika yang adalah bekas pacar Lanang. Tapi ikaian Lanang dengan seluruh rangkaian peristiwa yang begitu longgar membuat bagian yang paling potensial membangun ketegangan dan/atau simbolisasi dalam novel ini tersia-sia. Banyak detil kaya dari peristiwa wabah penyakit itu yang bisa melukiskan potret masyarakat digarap sangat hambar dan berjarak. Meskipun terasa ada bibit ironi, bahasa slogan ilrniah dalam bagian ini terlampau melimpah ruah, tidak efektif untuk membangun suasana absurd yang bahkan bisa mengundang tawa.

Pada akhir cerita kita memang diminta untuk memahami bahwa inti cerita adalah kegagalan cinta yang berakhir dengan balas dendam, sehingga boleh jadi perkembangan investigasi wabah ini (yang toh adalah siasat Dewi untuk menghancurkan Lanang) tidak menjadi prioritas olahan. Setelah Lanang membunuh Burung Babi Hutan, pada Bab "Gelombang Balik" (h. 235) cerita tiba-tiba berbelok patah memasuki konflik akibat sejarah percintaan Lanang dan Dewi. Memasuki babak balas dendam Dewi pun, saya masih ditipu dengan pernyataan-pernyataan batin Dewi yang meromantisir kerinduannya akan Lanang.

Perempuan-perempuan iblis dan latarnya

Saya kira, salah saya sendiri kalau berharap ada kejutan dalam penokohan para perempuan dalam novel berjudul "laki-laki".

Putri berkhianat. Afi melacur. Dewi membalas dendam. Semua perempuan dalam hidup Lanang adalah iblis-iblis cantik, molek dan menggairahkan seperti tiga pengantin perempuan Drakula (mereka muncul antara lain dalam versi karya Bram Stoker).

Di antara ketiganya, Dewi merniliki porsi suara ferbanyak. la bukan saja perempuan cantik, pintar, kaya, berkedudukan, menggairahkan dan pelaku seks ulung tapi juga otak perancang kehancuran Lanang. Tokoh Dewi cuma menggemakan latarnya, ia adalah personifikasi klise ibukota sebagai ibu tiri yang sering sekali kita temui dalam novel dan film Indonesia: mewah, dikelilingi teknologi modern, menggoda sekaligus kejam.

Di sisi yang berlawanan ada Putri, personifikasi yang juga klise dari wilayah bukan-kota. Rambutnya panjang terurai, selalu bergaun tipis melambai atau telanjang, bicara sedikit lewat kalimat-kalimat yang jarang sekali selesai. Sama seperti Dewi, Putri juga difugaskan menjadi gema pegunungan tempat ia tinggal: alam polos yang pasrah menunggu.

Perempuan yang paling lemah penokohannya adalah Afi. Lanang selalu menghampirinya, memperhatikan atau mengintipnya dari kejauhan. Tugas Afi dalam cerita sederhana saja: ditiduri, diambil cairan vaginanya dan bertanya pada Lanang, "Apa itu Mas?" atau, "Untuk apa Mas?" (h. 120).

Ketiga perempuan ini sama sekali tidak mengalami perubahan karakter sepanjang cerita. Bahkan Dewi dan Putri yang berkomplot menghancurkan Lanang pun tetap steril tak terpengaruh sedikitpun oleh peristiwa yang terjadi, Tidak adanya perkembangan karakter mereka walau apapun yang terjadi, bahkan dinyatakan sendiri oleh Lanang (h. 331), Semua tokoh di luar Lanang tak punya kekayaan dimensi, yang ada pada mereka (Pufri, Dewi, Rajikun - Afi tak termasuk) adalah peran yang disembunyikan.

Penutup

Setelah selesai membaca, saya mendatangi keduabelas jawara pembaca buku ini. Melihat pendapat mereka, saya makin merasakan serunya proses membaca Satu teks yang sama, bisa dibaca dari Barat sampai ke Timur, Utara sampai Selatan. Bukan main ragarn dan rumitnya isi kepala kita, manusia pembaca!

Jakarta, Mei 2008

Dewan Kesenian Jakarta: Bedah Buku Novel Lanang

UNDANGAN

Dengan Hormat,

Sastra Indonesia membutuhkan terobosan dan penyegaran yang terus-menerus. Sebab jika tidak, ia hanya akan berjalan di tempat dan segera ketinggalan zaman, kisut di tengah mekar-meriahnya sastra mancanegara.

Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta adalah sejumput rangsangan untuk penciptaan-penciptaan baru. Lanang karya Yonathan Rahardjo, pemenang Harapan II Sayembara Menulis Novel DKJ 2006 adalah salah satu hasilnya—di antara empat pemenang lainnya yang terbit lebih dulu. Dengan caranya sendiri Yonathan menjawab tantangan ini dengan menggarap tema yang jarang sekali disentuh oleh pengarang kita: rekayasa genetika.

Dengan pendekatan konspirasi global, karya yang diciptakan oleh seorang dokter hewan dan juga mengisahkan tentang dokter hewan ini juga mengusung isu sosial, psikologi, bioteknologi dan politik kesehatan.

Bekerjasama dengan penerbit Alvabet yang menerbitkan novel ini, Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta akan menggelar diskusi novel Lanang pada

Jumat, 23 Mei 2008,
14.30 WIB – 17.00
Galeri Cipta III - Taman Ismail Marzuki.
Jl. Cikini Raya no 73, Jakarta Pusat

Pembicara:
Lisabona Rahman
Yusi Avianto Pareanom

Moderator
Gratiagusti Chanaya Rompas.

Untuk itu kami mengundang Bapak/ibu/sdr/i untuk berkenan hadir pada acara tersebut. Demikian undangan kami sampaikan, untuk informasi lebih dapat menghubungi DKJ 021- 3162780 / 31937639/39899364 (Sdri.Shinta Tobing). Atas perhatian anda kami ucapkan terima kasih.


_________________________________________________________________________________________________

TENTANG NOVEL LANANG
Judul : LANANG
Penulis : Yonathan Rahardjo
Kategori serial : AlvabetSastra
Editor : A. Fathoni
Cetakan : I, Mei 2008
Ukuran : 12,5 x 20 cm
Tebal : 440 halaman
ISBN : 978-979-3064-59-8
Harga : Rp. 55.000,-


SINOPSIS

Doktor Dewi seorang antek korporasi asing. Berkepentingan memasok produk rekayasa genetika dari luar negeri, dia ciptakanlah hewan transgenik penyebar virus penyakit, Burung Babi Hutan. Sejak kemunculan makhluk aneh ini, area peternakan sapi perah tempat Lanang bekerja tiba-tiba terserang penyakit gaib. Ribuan sapi mati. Warga pun gempar.

Bersama pemerintah dan masyarakat, Lanang, dokter hewan yang cerdas, obsesif, dan melankolis, sibuk mencari tahu sebab kematian sapi perah. Seminar dan penelitian dilakukan, tapi penyakit misterius tak kunjung ketemu. Usaha ilmiah pun menemui jalan buntu. Lalu, mengemukalah isu dari seorang dukun hewan bahwa biang keladi kematian sapi adalah Burung Babi Hutan, makhluk jadi-jadian. Polemik mistikisme tradisional versus bioteknologi modern pun menambah ruwet persoalan. Akankah proyek Doktor Dewi berjalan mulus?

Ditulis dalam gaya thriller, plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokohnya pun rumit dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan kritis bagi yang tertarik pada isu-isu sosial, psikologi, bioteknologi, dan politik kesehatan.

*****


KOMENTAR-KOMENTAR TENTANG NOVEL LANANG


”Membaca novel ini, saya segera merasakan kemiripannya dengan kesusastraan Eropa abad ke-20, misalnya novel Prancis Plague (Penyakit Pes) karya Albert Camus atau karya-karya Géza Csáth dalam kesusastraan Hungaria: kita harus menghadapi kehadiran simbolik, mistik, rasional, dan irasional secara bersamaan. Sebagai ”pemula” dalam kesusastraan Indonesia, saya membandingkannya dengan Harimau–Harimau karya Mochtar Lubis. Musikalitas dan plastisitas deskripsi dalam novel ini luar biasa, seperti skenario film!”
Mihaly Illes, Duta Besar Hungaria untuk Indonesia

“Yonathan seperti Taufiq Ismail yang juga dokter hewan, sama dengan Asrul Sani idem ditto dokter hewan. Ditarik lebih jauh ke masa lampau, Marah Rusli, pengarang roman Siti Nurbaya, pun dokter hewan. Saya pikir, tentu ada sesuatu yang “spesial” dengan dokter hewan. Bisa bersajak, bisa mengarang.
... Saya pikir, Yonathan ini wong edan, gendheng, gilo-gilo baso, sifat yang melahirkan kreativitas, orisinalitas. Kukirim sajakku padamu Yonathan. Bunyinya: Katakan beta/manatah batas/antara gila/dengan waras.”
—Rosihan Anwar, Tabloid Cek & Ricek

“Kekuatan utama novel ini terletak pada wawasan baru yang mewarnainya.
Rumit tapi…. Sangat menarik.”
—Ahmad Tohari, novelis

“Novel yang kaya dan dalam, menampilkan berbagai wajah dan genre yang beberapa di antaranya belum dirambah pengarang Indonesia lain: sains, thriller, sosial, psikologi.”
—Prof. Dr. Apsanti Djokosujatno, Guru Besar Sastra Universitas Indonesia

”Ada beberapa dokter hewan yang terjun dan bergelut di dunia sastra. Tetapi, agaknya, hanya (Dokter Hewan) Yonathan Rahardjo yang coba memperkaya sastra Indonesia dengan rekayasa genetika sebagai bagian dari pengucapan literernya melalui novel Lanang."
—Martin Aleida, wartawan Tempo 1971-1984

“Penyair yang dokter hewan ini dikenal dengan puisi-puisi kontekstual dan sosialnya. Kritik-kritiknya tajam, kendati dibalut dengan bahasa yang telanjang.”
—Kompas

"Lanang adalah perpaduan mengejutkan antara eksperimen biologi mutakhir dengan alam spiritual tradisional. Kerumitan alur cerita, keterampilan bahasa, dan kompleksitas psikologi yang ditampilkannya adalah tawaran gelagat baru yang menakjubkan dalam denyut sastra Indonesia mutakhir." —
Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto, Guru Besar Filsafat Universitas Parahyangan

“Jalinan cerita dan tokohnya memang buah imajinasi, tapi latar belakang teknologi dan konspirasi global yang menjadi setting ceritanya boleh jadi mendekati kenyataan. Gabungan fiksi dan kenyataan yang membuat masyarakat perlu berpikir ulang ihwal teknologi!”
—Hira Jhamtani, pengamat kehidupan, Gianyar, Bali

“Cara bercerita dalam novel Lanang memperkaya khazanah susastra Indonesia, sebuah cara penceritaan yang baru, rinci, telaten, merayap, namun arahnya pasti dan penuh kejutan.
Penceritaan hal-hal sensitif, yang menjadi kontroversi berbagai pihak dalam konteks sastra dan moralitas sastraIndonesia, mampu disampaikan secara terbuka dan terus terang namun tidak blak-blakan dan vulgar, dikemas dalam kata dan kalimat indah khas susastra, dengan tetap menjaga dan mempertahankan greget suasana dan makna.
Konflik kejiwaan dan karakter tokoh utama ditampilkan secara mendalam, menghadirkan konflik itu terasa nyata, dan memang sebetulnya mewakili kondisi kejiwaan dan spiritualitas manusia Indonesia pada umumnya dalam menghadapi masalah yang menyangkut kepentingan bangsa.”
—Ahmadun Yosi Herfanda, Redaktur Budaya Harian Republika

"Novel ini menggarap satu tema yang sangat menantang: rekayasa genetika. Sebuah tema yang memerlukan pengetahuan khusus dan kecakapan menulis yang lebih dari cukup. Dalam beberapa hal, sang pengarang telah memenuhinya. Selebihnya, biar sidang pembaca yang menilai."
—Zen Hae, penulis sastra, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta

“Yonathan Rahardjo, seorang dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya, memilih berkecimpung di dunia tulis menulis ketimbang berpraktek sebagai dokter hewan....
Dari semua tulisan yang dibuatnya, Yonathan menyadari dirinya cenderung menyukai tulisan-tulisan yang mengungkap rasa, yaitu tulisan sastra, bukan berita ilmiah ataupun laporan, tapi bahasa indah yang di dalamnya ada prosa dan puisi, yang punya benang merah dengan apa yang ia lakukan waktu kecil.”
—Bisnis Indonesia

”Novel (Dokter Hewan) Lanang mengangkat kisah kemanusiaan dokter hewan dan seluk-beluknya secara rinci, gamblang dan imajinatif dalam menyelidiki misteri kematian hewan dalam jumlah besar, yang memengaruhi hajat hidup masyarakat dan bangsa.
Jatuh bangunnya Drh. Lanang dalam menyelidiki kasus penyakit penyebab kematian hewan itu merupakan cermin apa yang sesungguhnya terjadi di bidang kedokteran hewan dan peternakan di tanah air, dengan menggunakan dasar ilmiah dan dikembangkan sebagai fiksi dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Novel yang patut menjadi bacaan “wajib” bagi kalangan kedokteran hewan dan peternakan serta peminat seni sastra pada umumnya. Penyajiannya sangat inspiratif dan menjadi jembatan emas antara dunia ilmiah kedokteran hewan dan dunia kemanusiaan (humaniora).”
—Prof. Drh. Charles Ranggatabbu, MSc, PhD,
pakar Kedokteran Hewan, Guru Besar dan
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Jogjakarta

“’Kita kembali pada karya sastra saja,’ ujar Yonathan Rahardjo, salah satu pemenang sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta. Karyanya adalah salah satu di antara pilihan juri yang mencengangkan publik sastra karena realisme hampir nampak dalam karya para pemenang ini.”
—Sihar Ramses Simatupang, Sinar Harapan

“Yonathan Rahardjo selama ini mencermati berbagai tema kehidupan, seperti kehidupan politik yang bobrok, porak porandanya lingkungan, dan berbagai kenyataan sosial lainnya. Semua itu dicurahkannya….”
—Warta Kota

“Sebuah roman yang akan membawa kita meruntuhkan blokade terhadap orang lain sebagai impersonalitas menuju sesuatu yang personal dengan menciptakan ruang intim. Orang lain hadir dengan berbagai “cara memahami” sebagai warisan budaya dalam menetapkan berbagai definisi berikut batas-batas kategori dan klasifikasi yang kaku. Roman ini mendobrak batas-batas itu dan menjadikan semua tokoh ceritanya sebagai cermin yang dalam untuk menjenguk diri kita sebagai manusia dengan kecemasan, harapan, rasa sakit, dan cinta.”
—Wicaksono Adi, kritikus seni,
Juara I Lomba Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2004

*****

TENTANG PENGARANG

Yonathan Rahardjo lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, pada 17 Januari 1969. Semasa sekolah menulis di media siswa SMPN 1 dan SMAN 2 Bojonegoro. Semasa kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya juga menjadi Wartawan Koran Harian Memorandum, menulis di media kampus dan organisasi masyarakat, media massa nasional dan daerah, serta menjadi wartawan daerah majalah Infovet.

Terus menulis setelah menjadi dokter hewan dan pernah bekerja sebagai technical service Obat Hewan, medical representative Obat Manusia, dokter hewan panggil, aktivis LSM lingkungan, hingga hijrah ke Jakarta sejak 1999, dipercaya mengelola majalah Infovet sampai sekarang, pernah menjadi penanggung jawab teknis Obat Hewan, aktif baca puisi di beberapa kota, baca puisi sambil melukis (Syairupa), menjadi pembicara dan moderator diskusi kedokteran hewan dan sastra-seni-budaya.

Sejak 1983, tulisannya berupa karya jurnalistik, opini, sastra puisi dan cerpen secara kronologis dimuat di media koran, majalah, jurnal, buletin: Kartika, Tantular, Sema Pos, Memorandum, Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, Karya Darma, Swadesi, Jaya Baya, Warta Advent, Warta Konferens, Warta Bethany, Efod, Akrab Dengan Tuhan, Infovet, Putra Agung, Lahai Roi, Seloliman, Bumi, Berita Bumi, Kabar Bumi, Ozon, Satwa Kesayangan, Meja Budaya, Horison, Media Indonesia, Aksara, JakVet, Bina Desa, Jurnal Nasional, Signal, Warta Kota, Suara Pembaruan, Seputar Indonesia, Suara Karya, Majelis, Republika, Majemuk, Batam Pos dan Hidup.

Karyanya juga ada dalam buku bersama Setengah Abad Sejarah Ayam Ras Indonesia, Penyakit Unggas dan Pengendaliannya; antologi puisi Padang Bunga Telanjang; antologi puisi Bisikan Kata Teriakan Kota; antologi puisi Maha Duka Aceh; antologi puisi-cerpen-curhat-esai Tragedi Kemanusiaan 1965-2005; antologi puisi Nubuat Labirin Luka; dan antologi puisi Ode Kampung.

Buku tunggalnya: Avian Influenza, Pencegahan dan Pengendaliannya (2004); kumpulan puisi Jawaban Kekacauan (2004); dan novel Lanang (2008), peraih Penghargaan Sastra sebagai salah satu Pemenang Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006.


KETERANGAN PENDUKUNG:

www.novellanang.co.cc
www.alvabet.co.id

PENERBIT ALVABET
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl.Ir. H.Juanda No.5A, Ciputat
Jakarta Selatan
Telp.7494032, 74704875

Cunong N. Suraja: Lanang Diintip di Universitas Ibn Khaldun Bogor

http://groups.yahoo.com/group/penyair/message/91919

oleh:
Cunong N. Suraja

Catatan Pagi: hanya kepada para pembaca novel "Lanang" yang berminat akan menikmati sajian pagi di kota Bogor yang mulai berdebu karena pembangunan jalan


Hari Kamis, 12 Juni 2008 dari jam 08.00 - 10.00 akan diintip pagi-pagi sedang memburu burung babi hutan.

Apa saja yang terintip, terkilik, terkudeta dalam waktu sekitar 2 jam itu?
Mahasiswa FKIP jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil kuliah Foundation of Literature 2008 dipandu oleh Cunong N. Suraja membedah Lanang di laboraturium bedah tanpa teori sastra.

Jika berkenan menyaksikan ulah mahsiswa tersebut terbuka untuk umum untuk menjadi saksi bisu.

Tabik dari BOGOR

Kampus FKIP-UIKA Bogor di jalan KH SHoleh Iskandar depan mal Yogya Bogor yang ada di jalan baru.

Dedy Tri Riyadi: Burung Babi Hutan di Novel Lanang, Rekayasa Genetik atau Monster?


Mengelitik Nalar Lewat Imajinasi Liar.


Rekayasa genetik di dalam apapun bentuk percobaan dan penelitian dimulai dengan keinginan manusia untuk menghasilkan generasi tetumbuhan dan hewan yang punya sifat lebih baik daripada tetuanya. Penyisipan sifat-sifat yang "diharapkan" yang saat ini ada pada generasi yang berbeda ataupun lintas organisma adalah problema utama dari rekayasa genetika.

Di dalam dunia tetumbuhan, rekayasa genetika menjadi berkembang ketika ditemukan semacam sel yang bisa menginfiltrasi sel lain dan menularkan sifat-sifat bawaannya hingga kemudian pada fisik dan fisiologis tumbuhan yang ditempelnya akan berubah. Kita bisa melihat dengan gampang hal tersebut pada akar atau batang yang mengge-lembung karena disusupi bakteri yang jika di dunia medis bisa dikatakan sebagai tumor.

Pada dunia kehewanan dan manusia, keinginan untuk memberantas penyakit keturunan/ bawaan seperti asthma, butawarna, dan lainnya membuat para ilmuwan bergegas meneliti sel induk. Salah satu yang sering kita ketahui adalah sel kordial atau ari-ari. Lewat penelitian panjang dari sel induk ini lahirlah tehnologi kloning yang kontroversial itu.

Kloning tidak serta merta berarti menciptakan generasi baru tanpa hubungan seksual belaka, kloning berbicara masalah perbaikan kualitas hidup dengan cara yang ajaib. Dari novel grafis yang kemudian difilmkan "300" dikatakan orang Sparta mempunyai seleksi alam yang kejam bagi seorang laki-laki. Semenjak bayi, yang cacat dan lemah akan dibunuh dengan cara dibuang ke dalam jurang! Dan hebatnya, itu ternyata bukan cuma dongeng belaka. Di negara tetangga kita, Vietnam masih diberlakukan hal serupa. Bedanya hanya caranya, di sana setiap ibu hamil wajib ditangani oleh dokter. Dan dari sang dokter kenormalan bayi itu sangat diharapkan. Fetus bahkan embrio yang cacat wajib hukumnya untuk diaborsi!

Memang sulit untuk mengungkap transgenik atau hasil rekayasa genetik bila disangkut-pautkan dengan moralitas. Ketika kita mengutakatik tanaman, tak ada yang protes soal moralitasnya. Yang protes itu para petani itu pun karena bibit tanaman transgenik yang diperoleh harganya lebih mahal dan ternyata tidak cocok untuk ditanam di lahan pertanian mereka. Atau proses pembeliannya yang cenderung dipaksakan!

Tetapi ketika kita berada di ranah binatang terutama ordo mamalia, tiba-tiba timbul ketakutan. Bagaimana kalau hal itu bisa sampai juga kepada spesies manusia? Simaklah penemuan transgenik berikut ;

- penumbuhan organ telinga pada kulit tikus hidup
- penumbuhan organ jantung pada babi

apakah kira-kira itu bermanfaat atau membahayakan atau tidak usah saja dilakukan?

Padahal penelitian itu punya niat yang baik seperti diutarakan di atas demi generasi atau perbaikan kualitas hidup manusia.

Dalam buku Lanang, ada semacam kekuatiran dari penulis untuk menghadapi hal-hal yang sifatnya rekayasa genetika tersebut. Dan seperti sudah diduga selalu dihubungkan dengan moralitas bahkan kekuasaan Tuhan.

Padahal di dalam beberapa kitab suci dikatakan telah diciptakan untuk manusia tetumbuhan dan hewan. Dan tidak ada yang diciptakan hanya untuk kesia-siaan. Artinya rekayasa genetika yang bertujuan untuk kebaikan itu sesungguhnya (jika sesuai niatan) tidak akan menciptakan monster-monster yang mengancam kehidupan manusia. Kecuali bila misalnya diciptakan kloning badak-harimau sebagai alat pembasmi masal atau sekedar membubarkan demo di depan istana presiden.

Burung babi hutan di dalam novel Lanang adalah gambaran ketakutan itu. Jika bisa dikatakan monster badak-harimau di atas lebih masuk akal dibandingkan dengan burung babi hutan, karena keduanya adalah mamalia, meskipun berbeda kelompok ordo yang berbeda. Burung babi hutan menggabungkan kelompok kelas yang berbeda! Kelas Mamalia dan kelas Aves. Di sepanjang sejarah perkawinan antar-hewan, paling jauh adalah perkawinan di dalam kelompok Familia, yaitu pada hewan yang kita sebut sehari-hari sebagai anjing.

Saya pernah memprotes cerpen Carangan yang menampilkan sesosok binatang berbentuk anjing liar (di cerpen itu disebut serigala, tetapi karena di Indonesia tidak pernah ada jenis itu maka saya sebut anjing saja) yang berukuran kecil. Penulis mengatakan bahwa nama latin dari spesies itu adalah lupus erectus (lupus, dengan huruf depan kecil). Kenapa saya protes karena penamaan jenis anjing-anjingan adalah Canis. Serigala sekalipun. Dan penulisan penamaan latin untuk kata pertama selalu menggunakan huruf awal yang ditulis kapital. Itu ilmiah. Sebagai novel yang mengedepankan isu ilmiah, kemunculan burung babi hutan menurut saya sudah mengaburkan isu tersebut.

Rasanya lebih tepat jika mahluk burung babi hutan memang ditempatkan pada ranah monster, bukan hasil rekayasa genetika. Karena di dalam ilmu mitologi, terdapat banyak sekali monster seperti singa bersayap burung, manusia berkepala kerbau, anjing berkepala tiga, raksasa bermata satu, bahkan gambaran malaikat di masyarakat Persia kuno juga bersifat sebagai monster yaitu manusia bersayap burung.

zifah wrote June 9 2008 at 3:57 AM
... menarik juga. Tuhan mengatakan tidak ada ciptaanNya yang sia-sia. Mungkinkah burung babi hutan transgenik ini adalah ciptaan yang sia-sia.

papaemarvel wrote June 9 2008 at 4:11 AM
Stephen King sangat piawai menjalarkan ketakutan yang ingin dia ciptakan ke pikiran pembacanya. Mungkin Yonathan belajar dari sana. Toh mahluk-mahluk dalam novel Stephen King juga tidak bisa dinalarkan ..hehehe

zifah wrote June 10 2008 at 4:58 AM
imajinasi ya toh?

papaemarvel wrote June 10 2008 at 6:34 AM
ya imajinasi. tapi saya sebagai pembaca penginnya sesuatu itu harus perfect secara logika. tapi kalaupun tidak, saya akan menerima hal-hal yang sifatnya "beyond logic" tadi ...
misal di salah satu novel Stephen King, alien itu bisa masuk ke dalam tubuh siapa saja yang kita kenal. Dan sekonyong-konyong ketika kita sadar, kita tahu


Ilenk Rembulan: RINDU DENDAM CINTA TRANSGENIK

oleh: Ilenk Rembulan

http://ilenkrembulan.blogspot.com/2008/06/lanang-apresiasi-penerawanganku.html

RINDU DENDAM CINTA TRANSGENIK
Oleh : ilenk rembulan
Judul Buku : LANANG
Penulis : YONATHAN RAHARDJO
Editor : A. Fathoni
Cetakan : I, Mei 2008
Penerbit : PUSTAKA ALVABET
Harga : Rp. 55.000,-
Tebal : 440 halaman

“Kita menggunakan bakteri dan jamur transgenik untuk memproduksi obat, enzim, vitamin dan materi-materi lain yang penting dan mampu menggantikan fungsi bakteri-bakteri atau jamur alami yang berperan dalam pembuatan pakan ternak.
“Orang berusaha meningkatkan produksi bahan-bahan penghasil protein hewani dengan teknologi. Namun jangan lupa, teknologi juga bisa menimbulkan masalah. Demikian juga teknologi rekayasa genetika yang memunculkan makhluk yang sudah dimodifikasikan sifat-sifat keturunan bibitnya”
Di jaman yang sudah semakin maju ini, pemikiran manusia berkembang dengan pesat untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi jutaan bahkan milyar manusia di bumi untuk kebutuhan pangannya. Agar kebutuhan akan gizi dan semua zat pembangun bagi pertumbuhan raga dan jiwa manusia tercukupi, maka segala macam percobaan genetika dilakukan demi terpenuhi kesemuanya.
Kadang tak jarang para ahli di negara maju menggunakan rekayasa genetika dengan menyilangkan berbagai macam gen makhluk hidup demi terpenuhi kebutuhan meningkatkan produksi dari ternak maupun hasil pertanian. Hasil dari rekayasa ini biasanya disebut produksi transgenik.
Bagi sebagian negara maju ada yang melarang penggunaan hasil ini, namun banyak juga sebagian besar negara telah menggunakan hasil rekayasa tersebut baik langsung maupun tidak langsung.
Terbukti dengan munculnya penyakit sapi gila, kemudian flu burung dan lain-lain penyakit yang mulai timbul dari hasil negatif penggunaan penemuan tersebut.
Bagaimana tidak gila sapi-sapi tersebut, ternyata menurut penelitian di dalam pakan ternak dicampuri tepung dari tulang sapi itu sendiri. Tanpa sadar sapi-sapi itu yang tadinya termasuk hewan herbivora berubah menjadi secara tidak langsung karnivora. Hewan makan dari tulang temannya sendiri, yang tentunya hal ini sudah menyimpang dari pola lingkaran makan hewan herbivora tersebut.
Di samping itu munculnya trend pola makan sebagian manusia di negara maju yang serba fastfood dan kemudian menjalar ke negara berkembang, telah menimbulkan berbagai macam penyakit seperti kanker, diabetes yang semakin meningkat juga penyakit lainnya di mana pada masa dahulu tidak ada atau muncul, pada jaman sekarang mulai muncul dan menyebar.
Apa jadinya bila gen penentu sifat makhluk hidup semisal kambing yang digabungkan dengan singa maka akan menghasilkan hewan singa berkepala kambing atau sebaliknya kambing berbadan singa. Hal ini bisa terjadi dari hasil transgenik yang dikembangkan oleh kepandaian manusia yang pada akhirnya menjadi keblinger ataukah sah-sah saja? Apakah tidak melawan kodrati Ilahi dengan memporak-porandakan hasil ciptaanNYA?
Novel Lanang pemenang harapan II Sayembara Novel DKJ tahun 2006 ini, menceritakan salah satunya adalah penelitian dan pembuatan pakan ternak yang dihasilkan dengan rekayasa genetika atau yang disebut transgenik. Tema yang menarik yang digarap pengarangnya yang seorang dokter hewan, dengan beragam istilah ilmiah pada bidangnya ini, menambah wawasan tentang apa sebenarnya hasil penemuan transgenik itu sebenarnya, yang sekarang sebagian telah menjadikan buah bibir masyarakat tidak saja peternak maupun petani namun juga orang awam.

SINOPSIS
Dimulai pada suatu malam, seorang dokter hewan bernama Lanang menolong persalinan induk sapi perah yang melahirkan di lembah pegunungan jauh dari keramaian kota, tempat bermukim puluhan peternak sapi perah.
Lahirnya anak sapi yang ternyata jantan tersebut disambut gembira peternak bernama Sukarya dengan harapan anak sapi tersebut menjadi besar dan bisa meneruskan membantu menopang kehidupan Sukarya sekeluarga.
Namun sayangnya kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama, karena kemudian anak sapi perah yang baru lahir tersebut kemudian terserang penyakit yang misterius dengan perut berbintik-bintik merah di depannya, giginya kotor, lidah biru, gusi busuk berbuih putih keruh, perutnya membesar dengan cepat kemudian pecah dengan isi yang terburai dengan dinding-dinding organ dalam terbelah kemudin muncul bisul merah, biru, hijau, hitam keruh.
Dokter hewan Lanang yang berkerja di koperasi susu di daerah pegunungan tersebut tempat para peternak menggantungkan kepercayaan bila sapi-sapi perahnya bermasalah menjadi kalut, bingung, geram dan hampir putus asa tidak dapat menjawab gerangan penyakit apa yang kemudian secara luas menyerang sapi-sapi perah milih peternak sapi perah. Anehnya hanya sapi perah yang diserang tidak dengan sapi potong, walaupun sama-sama jenisnya sapi tetapi antara sapi perah dan sapi potong berbeda variannya.
Bersamaan dengan kematian anak sapi pada waktu kelahirannya tersebut, pada malam setelah Lanang membantu persalinan, dia dikejutkan dengan datangnya makhluk aneh yang mirip burung tetapi bentuk tubuhnya seperti babi hutan yang masuk menyeruduk ke dalam rumahnya. Istri yang baru dinikahinya sempat shock dan menjerit ketakutan, setelah diusir sepertinya mahluk terebut cepat hilang dan tak berbekas.
Antara percaya dan tidak Dokter Lanang mencari tahu tentang penyakit tersebut dan apa hubungannya dengan kemunculan hewan yang dirasakan aneh. Antara ilusi dan kenyataan sepertinya tidak bisa terlepas di alam pikiran Lanang.
Penelusurannya tentang penyakit yang telah membuat heboh pemerintah dan para ahli dibuat pusing tentang penyebabnya, munculah seorang dukun hewan yang bernama Rajikun yang mengatakan bahwa penyakir tersebut disebabkan oleh burung babi hutan. Pada awalnya Lanang masih tidak berani untuk bercerita bahwa dia dengan mata kepala sendiri telah bertemu dengan makhluk tersebut yang dikiranya mahkluk jadi-jadian, namun dengan penjelasan dari Dukun Rajikun maka makin kuatnya tuduhan bahwa penyakit yang menyerah seluruh sapi perah sehingga mati tersebut adalah burung babi hutan yang menjadi hewan perantara penyebaran kuman.
Para ahli yang ditugasi untuk meneliti penyebab dari penyakit tersebut merasa terkalahkan hanya oleh seorang dukun hewan yang memaparkan penyebab kematian yang sebagian menyisakan tanda-tanya, seperti apakah bentuk burung babi hutan tersebut. Mereka mentertawakan cerita dukun tersebut karena cerita yang berbau klenik tidak dilandasi ilmiah sama sekali, namun tidak dengan Dokter Lanang yang pernah bertemu dengan makhluk. Apa yang dipaparkan oleh Rajikun tersebut membuat pencarian Lanang tidak terus berhenti, bahkan dia ingin menghabisi binatang tersebut apabila bertemu lagi, senapan dan pisau belati telah menjadi kawan akrabnya selama perjalanan pencarian tersebut.
Dalam pencarian binatang tersebut dia mendapatkan telepon dari seorang dokter hewan juga bernama Doktor Dewi seorang ahli bioteknologi lulusan universitas luar negeri yang ternyata adalah bekas pacarnya dahulu semasa kuliah. Doktor Dewi ini bekerja pada sebuah Lembaga Penelitian milik asing yang memperoduksi hasil penemuan untuk meningkatkan produksi ternak dalam pakan ternak melalui pemakaian produksi transgenik.
Lanang tidak mengetahui apa yang telah dibuat oleh Dewi mantan pacarnya itu yang ternyata masih menyimpan cinta yang membara terhadap Lanang, begitu juga dengan Lanang walau sudah beristrikan Putri, ternyata cinta lama kembali bersemi ketika bertemu dengan Dewi.
Di lain pihak Rajikun ternyata bersengkokol dengan Doktor Dewi dan mempengaruhi Sukirno kepala koperasi tempat Dokter Lanang bernaung untuk kerjasama dalam penjualan pakan ternak yang dihasilkan oleh lembaga milik Dewi.
Dokter Lanang pada akhirnya dapat membunuh burung babi hutan tersebut, dan sampel darah dari binatang tersebut telah dikirim pada Pusat Penelitian di ibukota untuk bahan penelitian lebih lanjut. Kebehasilan Dokter Lanang membasmi binatang perantara penyebab kematian sapi-sapi perah tersebut telah melambungkan namanya menjadi orang terkenal. Namun di dalam alam pikirannya hewan aneh tersebut selalu membayangi baik di antara istirahat sejenak ataupun datang dalam mimpi-mimpi tidur malamnya.
Di lain pihak keberhasilan Dokter Lanang membasmi hewan tersebut harus ditebus dengan kehilangan istrinya yang ternyata berselingkuh dengan dukun Rajikun yang sebelumnya dukun tersebut telah menuduh Lanang menjadi pencipta binatang tersebut pada suatu seminar yang dihadiri para pakar dokter hewan, juga pengkhianatan pimpinan Koperasi Sukirno, yang kemudian ternyata mereka itu bagian dari konspirasi Doktor Dewi.
Doktor Dewi dengan lembaganya tersebut berhasil menguasai produk pakan ternak secara monopoli dengan adanya penunjukan dari pemerintah. Dia berhasil menguasai pimpinan tertinggi di Kementrian Kehewanan dan laboratorium miliknya semakin berkembang dan dengan leluasa dengan kepandaiannya dia menghasilkan makhluk-makhluk aneh hasil rekayasa transgenic tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Lanang dengan kesendirian tersebut masih menyimpan pikiran positif terhadap Dewi dan cintanya yang telah tumbuh kembali terus mencarinya, sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Dewi namun tidak di ruang waktu seperti biasanya, tetapi Lanang telah dijadikan obyek rekayasa genetika berikutnya oleh kegilaan dan kebengisan Doktor Dewi.

KARYA YANG MENGANDUNG UNSUR ILMIAH
“Harap segera dikirim hormon transgenik untuk meningkatkan produksi susu, sejumlah Bovine Somatotropin Hormon yang dapat meningkatkan produksi susu dua puluh persen serta memperpanjang masa menyusui”
“Harap segera kirim Porcine Somatoropin Hormon yang dapat meningkatkan produksi babi sebesar dua puluh persen dan mengurangi kadar lemak, dan kadar protein bisa meningkat”
“Selain bermanfaat, produk transgenik untuk meningkatkan produksi susu dan daging merangsang terjadinya penyakit. Hormon Recombinan Bovine Somatotropine pada sapi memang dapat merangsang sel penghasil susu, sehingga meningkatkan produksi. Namun penyakit mastitis atau radang kelenjar susu meningkat sangat tinggi. Imbasnya, pemakaian antibiotika sebagai obat penyakit ini menjadi meningkat, residu antibiotika juga sangat tinggi. Residu di atas ambang batas menyebabkan bakeri kebal terhadap antibiotika.”
“Pemakaian hormon tersebut juga akan meningkatkan dalam air susu yang diproduksi kadar faktor pertumbuhan insulin, hormone yang dihasilkan kelenjar ludah perut dan berguna mengatur pembentukan serta penguraian karbohidrat atau zat gula. Pada manusia maupun hewan, faktor pertumbuhan itu identik. Sehingga bayi yang minum susu dari sapi yang disuntik hormon itu punya risiko menderita penyakit gula darah alias diabetes. Di samping itu produk sapi perah yang diterapi hormon pertumbuhan sapi yang mengandung insulin-like growth dapat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar.
Penggalan dialog di atas ini terdapat dalam novel tersebut, bagaimana penemuan ilmiah telah membuat pikiran kita menjadi tahu, bahwa hasil rekayasa genetika ternyata sangat berbahaya. Dikatakan dalam buku tersebut bahwa Hormon Recombinan Bovine Somatotropine pada sapi akan memberikan risiko tinggi mempercepat masa berkembangnya penyakit sapi gila yang disebabkan oleh prion yaitu protein yang terdapat dalam inti sel setiap makhluk hidup, yang menyimpang dari keadaan normal, tidak punya asam nukleat, serta berkembang biak tanpa menyusun kehidupan dasar makhluk hidup berupa DNA dan RNA. Prion ini akan membahayakan kesehatan manusia yang memakan daging sapi, karena sapi yang disuntik hormon ini, akan meningkatkan kadar prion.
Kemudian dijelaskan juga pada novel tersebut adanya penggunaan transgenik susu sapi yang dihasilkan dengan penyuntikan hormon itu kepada kambing, pada sapi akan meningkatkan serangan penyakit Caparine Althritis Encephalitis karena virus retro yang biasa menyerang kambing. Jenis virus ini indentik dengan virus HIV1 dan HIV2 atau Human Immunodeficiency virus, yang menyebabkan penyakit hancurnya ketahanan tubuh bermanifestasi berbagai penyakit pada manusia, yang juga termasuk golongan retrovirus.
Di sini diceritakan bahwa perusahaan pakan ternak mempergunakan produk transgenik untuk menghasilkan pakan ternak yang mudah dicerna dan harganyapun relatif lebih murah. Bahwa sebenarnya perusahaan tersebut juga sudah tahu dampak negatif penggunaan hasil transgenik tersebut pada pakan ternak bila dibandingkan dengan penggunaan transgenik dalam pengobatan bidang kedokteran hewan. Karena pakan ternak diberikan pada hewan tidak mempunyai nilai ambang batas penggunaan.
Dijelaskan juga bahwa kebiasaan hewan yang merumput secara alamiah berpeluang memakan produk tanaman transgenik juga, mengingat kebiasaan peternak suka memberikan makan ternaknya dari sisa hasil pertanian.
Menyelusuri bait-bait kata pada susunan kalimat dalam novel tersebut yang walaupun hanya sebuah novel fiksi namun tentunya pengarang tidak gegabah memasukan istilah ilmiah yang sudah familiar terdengar pada khalayak ramai bahwa produk transgenik semakin berkembang dan sudah tersebar di bumi ini. Di negara maju banyak telah dihasilkan produk tersebut, yang pada akhirnya malah sekarang sudah mulai menimbulkan keresahan dengan mulai banyaknya masyarakat yang sudah melek pengetahuan bahwa dampak negatif bagi kesehatan lebih banyak daripada positifnya, namun pemberitahuan itu tenggelam dengan iklan besar-besaran produk pertanian maupun peternakan yang sudah mengglobal.
Apabila di negara maju di mana masyarakatnya sudah melek pengetahuan, maka produsen ternak ataupun pertanian tidak langsung berkecil hati, mereka dapat juga melempar hasil produksinya pada negara berkembang, apakah kemungkinan Indonesia telah menjadi pasar bagi produk rekayasa transgenik tersebut? Tidak muskil hal ini bisa terjadi, lihat saja membanjirnya produk pertanian maupun daging impor, ayam impor yang relatif terjangkau harganya itu merupakan hasil rekayasa transgenik?
Dampak negatif yang berkepanjang dari penggunaannya, sudah terbayang di depan mata. Apakah tak ada ruang lagi untuk menikmati benar produk yang terbebas dari hasil rekayasa demi kesehatan? Ataukah kita-kita ini sudah terbelenggu dengan perangkap hormon yang menguasai tubuh dengan serapan yang semakin melilit karena pola makan kita yang sudah teracuni hormon itu semakin jauh, sehingga kita sendiripun sudah tercemari sifat-sifat trasgenik, sehingga menjadi acuh tak acuh?
Dengan membaca novel ini, jadi selama ini apakah kita semua telah memakan hasil sebuah rekayasa transgenik? Bagaimana kita akan tahu? Apakah menunggu penyakit dari dampak produk tersebut muncul? Terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk mengetahuinya. Novel ini membuat penyadaran pembaca untuk mulai berhati-hati terhadap makanan yang akan dikonsumsi.

MORAL, RELIGI DAN KLENIK
Sisi lain dari novel ini adalah bagaimana kita diperlihatkan pada moral sang pelaku dalam keseharian. Di satu sisi Dokter Lanang sebagai seorang lelaki dengan leluasa mengumbar nafsu sexnya begitu gampang diumbar, dia begitu gampangnya meniduri seorang pelacur yang dia sayangi tapi di satu sisi dia sudah beristri. Di lain pihak, dia pun menjadi begitu religius digambarkan ketika belum dapat memecahkan teka-teki penyebab penyakit yang menyerang sapi-sapi perah tersebut. Dengan meninggalkan istrinya tanpa perasaan ketakutan terjadi apa-apa, dia mencari jawaban dengan berdoa di tempat ibadah dilakukan sendiri. Di sini pengarang seperti membiarkan tokoh Lanang ini berjalan sendiri tanpa diceritakan mengapa itu bisa terjadi. Apakah tidak bisa menjalani beribadah dengan mengajak istrinya? Tentunya akan lebih bijak bila dalam pencarian penyebab itu, dia lebih membagi untuk istrinya dan bersama-sama pergi, daripada membiarkan istrinya di rumah sendiri yang pada akhirnya didatangi binatang tersebut yang kemudian menjelma sebagai dukun Rajikun.
Sepertinya sifat keliaran Dokter Hewan Lanang ini identik dengan hewan yang begitu gampang berganti-ganti pasangan tanpa adanya rasa bersalah.
Beberapa adegan persetubuhan walau digambarkan dengan halus namun terjadi beberapa kali dengan tidak hanya dengan istrinya tapi dengan mantan pacarnya Dokter Hewan Dewi. Perasaan bersalah telah berselingkuh tidak digambarkan kuat, hanya datang sesaat, seperti sesuatu pekerjaan yang biasa saja.
Untuk hal ini novel ini hanya patut dibaca oleh orang dewasa, karena penggambaran tokoh-tokohnya lebih banyak bersifat amoral menurut pandangan umum masyarakat kita yang masih religius. Ada pesan yang ingin disampaikan oleh pengarangnya bahwa keadaan demikian di jaman sekarang kelihatannya sudah mulai lazim. Di satu sisi orang berteriak soal kekeringan adanya dahaga degadrasi moral dalam kehidupan masyarakat, tapi di sisi lainnya kehidupan bebas terpampang jelas di depan mata. Terjadinya kasus-kasus yang menimpa tokoh agama yang seharusnya menjadikan panutan tetapi berbelok melakukan hal-hal yang tak senonoh tergambar dalam tokoh yang bernama Rajikun. Dia ini sebenarnya dulunya bekas imam tempat ibadah Dokter Lanang ketika muda, karena melakukan perbuatan aib dengan salah satu jemaatnya yang seharusnya dia lindungi, tetapi malah “dimakannya” telah tercampakkan keluar dari tampat ibadah di mana dia bernaung. Sampai kemudian tibalah dia bertemu kembali dengan Lanang sebagai dukun hewan dan berkolaborasi dengan Dewi menciptakan hasil rekayasa transgenik.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak tokoh-tokohpun mempunyai muka dua, di satu sisi meneriakkan slogan moral dan mencontohkan kehidupan yang religi namun disisi lain dia juga melakukan perbuatan melanggar norma-norma dan apabila ketahuan merasa tidak bersalah malah menjadikan dirinya orang teraniaya, seperti memberikan pembenaran dia hanya khilaf atau menjadi umpan dari sebuah konspirasi pihak lain (mencari kambing hitam untuk menutupi aib yang telah diperbuatnya).
Yang menarik dalam novel ini adalah tidak menyebutkan gereja atau masjid tetapi dengan pengungkapan kata tempat ibadah. Pengarang bermain metafora dalam penyajian ungkapan benda sehingga menimbulkan hal hal baru dalam menikmati suasana baca, kaya istilah seperti diungkapkan Medy Loekito seorang penyair yang menulis di pembuka novel ini, bahwa membaca Lanang serasa membaca puisi panjang.
Kemudian juga dibahas munculnya tokoh dukun hewan. Tokoh ini dimunculkan berimbang dengan munculnya para ahli yang mewakili dunia ilmiah. Namun dalam perjalanannya dunia ilmiah dikalahkan dengan tokoh dari dunia klenik, dunia dukun.
Pengarang sepertinya menyindir juga, bahwa keseharian kehidupan di masyarakat banyak yang sudah makan bangku sekolahan sampai tinggi di mana pikiran rasionalnya lebih bicara, kadang dalam urusan rejeki, jodoh bahkan sampai kenaikan pangkat, jabatan masih lari pada dukun, pada urusan dunia klenik, yang sebenarnya bertolak belakang dengan akal sehat manusia.

CINTA DAN DENDAM
Intrik yang dibangun pada cerita yang membuat menjadi pemenang harapan kedua Sayembara Novel DKJ 2006 ini juga kekuatan dalam penyajikan tentang cinta dan dendam.
Orang bilang antara cinta dan dendam terpisah oleh dinding yang sangat tipis bahkan mungkin bisa menyatu dalam dua kata itu sendiri.
Lanang yang pada awalnya menjalin percintaan dengan Dewi yang berlainan keyakinan tetapi dalam perjalanannya akhirnya memilih menikah dengan Putri yang sama-sama satu agama.
Namun cinta pada Dewi tidak serta merta menjadi padam, tetap ada dan semakin membara kala waktu mempertemukan mereka kembali, bahkan Lanang bisa begitu mudah melupakan Putri istri sahnya yang telah dipilihnya untuk mendampingi hidupnya.
Begitu juga dengan Dewi, rupanya menyimpan rasa cinta terhadap Lanang yang tidak begitu saja gampang ditundukkan dan merasa dikhianati dengan menikahi teman sekelasnya waktu kuliah. Walau pada akhirnya mereka berdua membuat konspirasi untuk menundukkan Lanang yang pada akhirnya tetap tidak dapat ditundukkan.
Yang aneh adalah bagaimana Putri bisa begitu gampang mencintai Lanang tetapi kemudian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan dukun Rajikun, yang pada akhirnya juga disesalinya. Dan mereka berdua bisa bersama-sama membagi perasaan cinta pada Lanang tanpa cemburu di satu pihak dan malah rasa cinta yang dimiliki mereka berdua itu menimbulkan kebencian terutama Dewi dengan ingin melenyapkan sifat Lanang sebagai manusia diganti dengan rekayasa genetika hewan babi dan burung yang dipersiapkan dalam operasi dan kemudian berhasil menjadikan Lanang menjadi makhluk baru hasil ciptaan rasa cinta Dewi yang telah berkembang menjadi dendam yang membara.

EGO MANUSIA, SIFAT MASKULIN & FEMININ
Kelemahan pada diri Lanang yang digambarkan sangat macho dengan dada bidang, cerdas, tinggi besar, tidak dapat dipungkiri. Bahwa dia telah dikalahkan oleh ego pribadinya sendiri, banyaknya keinginan yang tidak terwujud dalam kehidupannya, cintanya yang hilang dengan dua wanita yang sudah didapatkannya tetapi kemudian dua-duanya pergi meninggalkannya, dan pada akhirnya bersama-sama menguasainya tanpa dia bisa berkutik melawannya.
Sifat feminin dalam diri seorang Lanang yang fisiknya lelaki lebih menonjol berseberangan dengan sifat Dewi yang ternyata lebih maskulin dibandingkan fisiknya yang perempuan sejati, demikian juga dengan Putri yang berpenampilan lebih lembut daripada Dewi, ternyata juga menyimpan sifat maskulin yang dominan dengan begitu mudah mau diajak oleh Dewi menundukkan Lanang dengan operasi rekayasanya.
Pembunuhan sebagian dari gen penentu kehidupan mahluk hidup tersebut dengan ringan dan bengis telah dilakukan dua orang perempuan dengan ego dan maskulinnya terhadap diri kekasih yang dicintainya sekaligus dibencinya.

CATATAN AKHIR
Novel ini di awalnya ditulis dengan penggambaran cukup rumit, namun kemudian mengalir cair semakin dalam, dengan penjelasan satu persatu runtutan kejadian, ditambah dengan imajinasi pengarang mengingatkan penulis pada novel Abdulah Harahap yang suka menulis tema mistik dengan hewan jadi-jadian, tetapi yang membedakan bahwa Yonathan Rahardjo berhasil menceritakan bahwa itu bukan hewan jadi-jadian tetapi adalah benar hasil rekayasa genetika dengan tidak lupa menyisipkan istilah ilmiah menjadikan tema yang diambil dapat menarik dan menjadikan satu pilihan dari banyak pilihan tema novel pada umumnya, dibumbui dengan kisah cinta dan intrik serta kepentingan di dalamnya dan dibiarkan menggantung pada akhir cerita, membuat novel ini bisa menjadikan pilihan menarik pembaca untuk menikmatinya.
Dengan cover menarik, dan font yang tidak melelahkan mata, ditambah garis cetakan di atas dan bawah setiap halaman, menjadikan nilai tambah novel ini, walaupun penyajian beberapa catatan dari juri dan kolega pengarang cukup menyita halaman dan sempat mengganggu pemandangan.

selesai